Fulbright, Janganlah Hilang

Beasiswa Fulbright bukan cuma soal kuliah. Beasiswa itu bagian dari diplomasi lunak AS-RI dan sumbangsih kepada masyarakat lokal.

Pada 12 Februari 2025, sivitas akademika di Amerika Serikat menerima kabar mengejutkan. Departemen Luar Negeri AS mengumumkan, seluruh pendanaan program pendidikan luar negeri ditangguhkan selama 15 hari.

Program itu mencakup pemberian beasiswa bagi mahasiswa AS untuk ke luar negeri ataupun bagi mahasiswa dan profesional asing yang belajar di AS. Beasiswa Fulbright adalah salah satu yang terdampak.

Pada awal Maret, pengumuman baru dikeluarkan Deplu AS dan kurang menggembirakan. Segala program beasiswa luar negeri dari Pemerintah AS dibekukan hingga 90 hari atau 19 April 2025. Alasannya, Washington DC ingin memusatkan semua dana yang ada untuk kepentingan dalam negeri AS.

Menurut ICEF Monitor, firma kajian industri pendidikan internasional, lebih dari 10.000 mahasiswa terdampak penghentian Fulbright. Mereka adalah 3.500 mahasiswa AS yang sedang belajar di luar negeri dan 7.400 mahasiswa asing yang berada di AS.

Fulbright adalah program beasiswa internasional tertua di dunia dan sudah berlangsung selama 73 tahun. Di Indonesia, kehadiran Fulbright ada sejak 1952. Ada 3.356 alumnus program ini di Indonesia, mulai dari Agus Salim hingga Anies Baswedan.

Di Indonesia, Fulbright dikelola oleh Yayasan Pertukaran AS dan Indonesia (Aminef). Direktur Eksekutif Aminef Sandra Hamid, Jumat (14/3/2025), menjelaskan, ada 191 mahasiswa Indonesia di AS yang terdampak. Mereka penerima beasiswa Fulbright untuk tahun ajaran 2022-2024.

KOMPAS/HELENA F NABABAN
Sandra Hamid, Direktur Eksekutif Aminef di Jakarta, Jumat (14/3/2025).

”Pada Februari, Aminef dikabari bahwa uang beasiswa Maret akan dikirim secara bertahap tanpa ada keterangan besarannya,” kata Sandra. Kebanyakan, uang yang dikirim untuk biaya satu pekan.

Hal itu mencemaskan karena uang mingguan tidak cukup untuk membayar sewa tempat tinggal. Banyak mahasiswa mengutarakan kekhawatiran mereka pada Aminef. Aminef pun berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Indonesia di Washington DC untuk ”mengeroyok” penyediaan dana darurat.

Biaya untuk Maret sudah dicairkan, tetapi belum ada kejelasan soal biaya April. Oleh sebab itu, Aminef melonggarkan aturan. Mahasiswa diizinkan bekerja sambilan guna memenuhi kebutuhan hidup.

”Setidaknya, di Fulbright, belum ada kabar bahwa dana akan dihapus, dihentikan, atau dipotong,” kata Sandra.

Diplomasi lunak

”Pentingnya Fulbright di Indonesia melebihi sektor akademisi. Ini bagian diplomasi lunak, langsung, dan mengena bagi Indonesia dan AS,” kata Djayadi Hanan, alumnus Fulbright periode 2007-2012, di Jakarta, Senin (10/3/2025).

Ketua Program Doktoral Ilmu Politik Uniersitas Islam Internasional Indonesia ini mengatakan, kelebihan Fulbright dari program-program beasiswa lain ialah jaringan globalnya yang luas dan mapan.

Selain beasiswa untuk mahasiswa, juga ada untuk para profesional di bidang-bidang strategis. Wartawan, guru, pegiat, dan politikus semua bisa tersentuh program ini.

”Ini memiliki dampak besar bagi kehidupan sosial politik masyarakat. Alumni adalah jembatan nyata kerja sama antarbidang ataupun bilateral AS-Indonesia,” kata Djayadi.

Alumni Fulbright merupakan diplomat lapangan di masyarakat. Orang-orang di komunitas pribadi dan profesional mereka menyaksikan langsung manfaat program tersebut untuk pembangunan bangsa.

ARSIP PRIBADI
Djayadi Hanan, Kepala Jurusan S-3 Ilmu Politik Universitas Islam Internasional Indonesia.

”Mungkin AS menganggap diplomasi publik tidak lagi penting dan semua dilihat dari sudut plus-minus ekonomi,” tutur Djayadi.

Jika Fulbright hilang, lanjut Djayadi, akan menurunkan pengaruh geopolitik AS di Indonesia dan dunia. Apalagi, di dunia akademik, penting bagi perguruan tinggi memiliki banyak mahasiswa asing.

Hal itu pertanda universitas tersebut relevan di dunia internasional. Keberadaan mahasiswa asing juga memicu riset, inovasi, dan pemutakhiran program-program kuliah. ”Ilmu yang dihasilkan semakin mendalam, bahkan pelopor di bidang-bidang baru. Ini berdampak pada kemajuan negara tersebut jika memiliki banyak perguruan tinggi internasional,” tutur Djayadi.

Baskara Wardaya, alumnus Fulbright, menambahkan, program Fulbright mewajibkan alumnusnya pulang membangun tanah air masing-masing. Mereka berpandangan, wawasan internasional ini harus bisa memberikan sumbangsih bagi komunitas lokal.

Siapkan alternatif

Anggota Komisi X DPR, Bonnie Triyana, menyayangkan keputusan Pemerintah AS jika menghentikan Fulbright. Akan tetapi, ia memahami itu hak prerogatif suatu negara. Indonesia tidak bisa ikut campur di dalam keputusan tersebut.

Dalam hal ini, Indonesia belajar bahwa pemerintahan AS di bawah Presiden Donald Trump tidak bisa ditebak. Menurut Bonnie, yang bisa Indonesia lakukan ialah mengendalikan kerusakan (damage control).

ARSIP Kesekretariatan Komisi X DPR RI
Anggota Komisi X DPR, Bonnie Triyana.

”Kita harus mengusahakan para mahasiswa program Fulbright ini tidak putus kuliah. Negara harus bersiap untuk kemungkinan terburuk,” ujar Bonnie.

Pelaksana program beasiswa luar negeri biasanya memiliki sistem pendanaan darurat. Akan tetapi, bukan berarti pemerintah lepas tangan. Jangan sampai mahasiswa yang sudah di tahap mengerjakan tesis atau disertasi harus pulang.

Bonnie mengatakan, Kementerian Pendidikan Tinggi harus mendata nama-nama mahasiswa yang terdampak. Data juga terperinci, termasuk sudah sejauh apa proses perkuliahan mereka.

”Kita harus mencari alternatif untuk mengambil alih pembiayaan kuliah dan hidup mereka di negeri lain,” kata Bonnie.

Last Updated: Mar 20, 2025 @ 4:34 pm
WordPress Video Lightbox