Saya memperoleh gelar sarjana sastra Cina dari Universitas Indonesia. Dan saya sangat senang ketika memperoleh kesempatim sebagai Fulbrighter pada tahun 1972, karena melalui program inilah saya dapat melatukan studi untuk memporeleh gelar Master di Cornell University. Bidang spesialisasi yang saya ambil waktu itu adalah sastra Cina modern yang dapat diselesaikan pada tahun 1975. Ketika kembali ke Indonesia, saya memiliki perspektif yang lebih luas terhadap bidang tersebut. Saya juga memperoleh pemahaman dan apresiasi yang lebih tentang sistem akademik di Amerika.
Tentunya pada awal 70an, karena berbagai alasan, agak sulit untuk mempelajari segala sesuatu tentang Cina. Namun ketika hal itu berubah, saya merupakan salah satu di antara orang Indonesia pertama dalam bidang itu yang mendapat kesempatan untuk memperoleh gelar master di Amerika Serikat. Memperdalam sastra dan kebudayaan Asia di Cornell University benar-benar membuat mata saya terbuka, karena perspektif saya bertambah luas. Pada kesempatan itu saya juga mengambil suatu kursus mengenai politik serta sistem pemerintahan Cina – dan bahkan saya belajar bahasa Kanton. Semua itu benar-benar sangat berharga bagi saya.
Cornell saat itu nampaknya merupakan universitas di Amerika yang paling terkemuka untuk belajar tentang Asia. Tidak banyak siswa Indonesia di kampus tersebut, bahkan di Ithaca. Namun, saya tidak merasa asing di sana karena banyak siswa dari negara-negara lain yang sangat tertarik dengan Indonesia dan ingin belajar bahasa Indonesia dengan saya. Sebetulnya, hal itu agak mengecewakan saya, karcna sebaliknya sayalah yang ingin latihan berbahasa Inggris dengan mereka.
Saya kira para Fulbrighter Indonesia di Amerika sekarang ini memperoleh kemudahan dalam hal menyesuaikan diri di sana, bila dibandingkan dengan kami saat itu. Sebagai contoh sekarang di Indonesia sudah banyak supermarket dan pusat pertokoan yang bagus-bagus, sehingga tempat-tempat seperti ini sudah tidak asing lagi bagi orang Indonesia. Namun tidak demikian halnya bagi kami pada awal tahun 70-an itu.
Selama tiga tahun terakhir ini saya memegang jabatan Kepala program Studi Cina di Universitas Indonesia. Saya juga menulis berbagai topik tentang Asia pada kolom periodik di majalah ‘Tempo.’ Meskipun pekerjaan baru saya banyak menuntut tenaga dan pikiran, tentunya saya berharap masih sempat sekali-sekali menulis sekitar masalah itu untuk berbagai media.