Pendiri CV Ramu Padu Nusantara, Anneke Putri Purwidyantari, berfoto di tengah kebun bunga telang di Desa Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (31/3/2021). Ramu Padu Nusantara merupakan usaha rintisan yang memproduksi sirup dan produk pangan fungsional dari bahan-bahan alami asal Nusantara. Ramu Padu Nusantara juga menjalin kerja sama dengan petani di Desa Merdikorejo untuk membudidayakan bunga telang.
Melalui usaha rintisan yang didirikannya, Anneke Putri Purwidyantari (35) mengolah kekayaan rasa dari rempah, rimpang, dan buah Nusantara menjadi sirup dan produk pangan fungsional. Perempuan yang kerap dipanggil Putik itu juga bermitra dengan petani lokal untuk menyuplai bahan baku yang kemudian diolah menjadi produk berkualitas tinggi.
Putik mulai menekuni usaha produksi minuman dengan bahan alami sejak tahun 2017. Awalnya, perempuan yang tinggal di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), itu memproduksi beberapa jenis minuman, misalnya kombucha, susu kedelai, dan kopi cold brew. ”Waktu itu, kami memang masih mencoba mencari bentuk,” ujarnya saat ditemui di Sleman, Rabu (31/3/2021).
Namun, setelah melakukan riset selama sekitar setahun, Putik akhirnya memutuskan fokus memproduksi sirup dengan bahan alami. Keputusan itu diambil karena produk sirup dengan bahan natural dinilai memiliki pangsa pasar yang cukup menjanjikan. ”Setelah jadi sirupnya, kami mencoba produk itu bisa dijual enggak di pasar. Ternyata ada pasarnya,” ucapnya.
Pada fase awal produksi sirup tersebut, Putik banyak dibantu suaminya, Satria Cahya Pamungkas (30), yang merupakan seorang dokter. Menurut Putik, pada masa awal itu, dirinya berkali-kali berkonsultasi dengan Satria tentang bahan-bahan alami yang aman dan sehat untuk membuat sirup. Penentuan bahan itu penting karena ternyata tidak semua bahan natural memiliki dampak baik untuk tubuh.
Pendiri CV Ramu Padu Nusantara, Anneke Putri Purwidyantari, memanen bunga telang di kebun yang berlokasi di Desa Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (31/3/2021).
”Kalau menurut suamiku, tidak semua bahan natural itu baik. Menurut dia, ada beberapa bahan natural yang bisa memicu peradangan. Saat menentukan bahan ini, dia pakai acuan jurnal ilmiah,” tutur Putik yang merupakan lulusan Program Studi D-3 Public Relation Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Putik menambahkan, pada fase awal itu, Satria bahkan beberapa kali menolak bahan yang awalnya hendak dipakai untuk membuat sirup karena bahan tersebut dinilai tak sehat. Oleh karena itu, penentuan formula pembuatan sirup tersebut membutuhkan waktu cukup lama.
”Selama setahun, aku ditolak-tolakin oleh suamiku saat ngajuin bahan baku. Saat aku ngajuin bahan, misalnya, dia bilang bahan itu enggak boleh dipakai karena bisa menyebabkan penyakit,” kata perempuan yang belajar tentang pariwisata berkelanjutan di Northern Virginia Community College, Amerika Serikat, itu.
Akan tetapi, setelah melalui proses riset yang panjang, Putik dan Satria akhirnya bisa menemukan formula untuk pembuatan sirup berbahan alami yang aman untuk dikonsumsi dan minim risiko kesehatan. Produk sirup itu diberi merek Moonshine.
Putik menyebut, produk Moonshine sepenuhnya menggunakan bahan alami, misalnya buah-buahan, rempah-rempah, dan rimpang atau empon-empon. Bahkan, pewarna dan pengawet sirup tersebut juga menggunakan bahan alami. ”Kami pakai pewarna, tetapi pewarnanya natural. Kami pakai pengawet, tetapi pengawetnya natural. Kami bikin sebaik mungkin agar tidak menyebabkan penyakit,” paparnya.
Bahan dan rasa lokal
Selain menggunakan bahan alami yang sehat, keunikan lain dari Moonshine adalah varian rasanya. Seluruh varian rasa sirup Moonshine diambil dari rasa bahan pangan Nusantara karena Putik memang memiliki cita-cita untuk mengangkat kekayaan pangan di Tanah Air.
Oleh karena itu, seluruh bahan yang digunakan untuk membuat sirup tersebut juga berasal dari bahan pangan Nusantara. Salah satu contohnya, sirup Moonshine varian apple pie dibuat dari campuran bahan baku berupa apel malang, kayu manis, rempah-rempah, dan gula nonrafinasi.
Sementara itu, sirup Moonshine varian tropical purple dibuat dari racikan bunga telang, buah nanas, jahe, kayu manis, rempah-rempah lain, dan gula nonrafinasi. ”Kami tidak ada rasa hazelnut atau macadamia karena itu bukan rasa Indonesia dan kami enggak mau impor bahan baku,” tutur Putik.
Seorang perempuan memanen bunga telang di kebun yang berlokasi di Desa Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (31/3/2021). Sejumlah petani di Desa Merdikorejo membudidayakan bunga telang melalui kerja sama dengan CV Ramu Padu Nusantara.
Putik menuturkan, kebanyakan pembeli sirup Moonshine bukan konsumen individu, melainkan pengelola hotel, restoran, dan kafe dari berbagai kota di Indonesia. Oleh karena itu, sirup-sirup Moonshine memang banyak dipakai untuk meracik minuman yang disajikan di hotel, restoran, dan kafe.
Setelah produk Moonshine berkembang, Putik dan suaminya merintis produk lain yang kemudian memakai merek Ramu Padu. Berbeda dengan produk Moonshine yang berupa sirup, produk dengan merek Ramu Padu berupa functional food atau bahan pangan fungsional.
Secara sederhana, functional food adalah bahan pangan yang memiliki manfaat karena nutrisi yang dikandungnya. Functional food tidak hanya mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral, tetapi juga mengandung zat yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Seorang perempuan memanen bunga telang di kebun yang berlokasi di Desa Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (31/3/2021).
Produk Ramu Padu antara lain berupa teh bunga telang, bubuk moringa atau daun kelor, ginger honey yang merupakan campuran madu asli dengan jahe emprit, serta ginger green tea yang merupakan perpaduan teh hijau dan jahe emprit. Produk lainnya adalah imune booster atau penguat imunitas tubuh yang dibuat dari campuran temulawak, kunyit, jahe, sereh, kayu manis, moringa, cabe lempuyang, dan rempah-rempah lainnya.
Petani
Untuk mengelola produk Moonshine dan Ramu Padu, Putik kemudian mendirikan usaha rintisan yang diberi nama CV Ramu Padu Nusantara. Selama beberapa tahun terakhir, Ramu Padu Nusantara telah meraih sejumlah penghargaan, misalnya pemenang ketiga kategori Intermediate Product di Indonesia Food Innovation 2020 serta finalis Diplomat Success Challenge XI.
Selain itu, Putik juga menjalin kerja sama dengan petani di wilayah DIY untuk mengembangkan produk pangan yang bisa diolah menjadi produk berkualitas tinggi. Putik menyebut, sejak pertengahan tahun 2019, pihaknya mengajak kelompok petani di Desa Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Sleman, untuk menanam bunga telang.
Bunga telang yang ditanam para petani itu kemudian dibeli oleh Ramu Padu Nusantara untuk digunakan sebagai bahan baku produk Moonshine dan Ramu Padu. Oleh karena itu, aktivitas Ramu Padu Nusantara juga ikut membantu perekonomian petani.
Bunga telang yang baru saja dipanen di Desa Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (31/3/2021).
Haryanto (53), salah seorang petani yang bekerja sama dengan Ramu Padu Nusantara, menuturkan, pada awalnya, tidak mudah meyakinkan petani untuk menanam bunga telang. Sebab, para petani masih meragukan apakah budidaya bunga telang bisa menghasilkan pendapatan memadai. ”Waktu awal, banyak yang mempertanyakan apakah menanam bunga telang itu bisa meningkatkan ekonomi atau tidak,” tuturnya.
Namun, setelah mendapat kepastian bahwa bunga telang bisa dibeli oleh Ramu Padu Nusantara, sejumlah petani bersedia menanam. Saat ini, ada 20 keluarga petani yang terlibat menanam bunga telang. Sebagian besar petani yang aktif menanam dan mengurusi budidaya bunga telang itu merupakan perempuan petani.
Lahan yang ditanami bunga telang melalui kerja sama dengan Ramu Padu Nusantara itu memiliki luas total sekitar 1.200 meter persegi. Namun, lahan yang produktif dan bisa dipanen setiap bulan baru sekitar 50 meter persegi. Dari lahan sekitar 50 meter persegi itu, tiap bulan bisa dipanen sekitar 3 kilogram (kg) bunga telang kering atau 30 kg bunga telang basah.
Meski skala produksinya masih kecil, Putik menyebut bunga telang yang ditanam para petani di Desa Mardikorejo itu memiliki kualitas yang bagus. Hal ini karena bunga telang tersebut ditanam dengan sistem pertanian organik, lalu dibersihkan dan dijemur dengan standar tertentu. ”Yang istimewa dari bunga telang di sini itu aromanya gurih. Ini yang membuat buyer (pembeli) tertarik,” katanya.
Sejumlah perempuan membersihkan bunga telang yang baru saja dipanen di Desa Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (31/3/2021).
Selain di Sleman, Ramu Padu Nusantara juga bekerja sama dengan kelompok petani di Kabupaten Gunung Kidul, DIY, untuk menanam empon-empon sejak sekitar sebulan lalu. Menurut Putik, kelompok petani di Gunung Kidul itu sebenarnya sudah menanam empon-empon sejak tahun lalu. Namun, para petani ternyata sulit menemukan pembeli yang pas untuk produk mereka. ”Terus akhirnya kami ketemu dan menjalin kerja sama,” tutur Putik.
Putik menyatakan, Ramu Padu Nusantara memang ingin menghubungkan para petani yang memproduksi bahan pangan dengan pembeli yang membutuhkan bahan pangan berkualitas. Peran sebagai penghubung itu dibutuhkan karena para petani kerap kesulitan mencari pasar bagi produk mereka. Sementara itu, pihak pembeli juga sering kesulitan menemukan bahan pangan yang cocok untuk kebutuhan mereka.
”Kami mencoba menyambungkan benang-benang yang menghubungkan petani dengan pembeli. Benang-benang itu, kan, selama ini sering kali banyak yang terputus,” tutur Putik.
© 2024 AMINEF. All Rights Reserved.