SEBUAH SAJIAN MUSIKAL
Seorang guru besar pernah mengatakan kepada saya bahwa Anda harus jatuh cinta pada satu topik kalau mau mengambil program doktor. Tidak sulit jatuh cinta pada Indonesia; saya langsung tertarik pada banyak hal – musik, masyarakat, budaya, sejarah. Tapi saya rasa cinta saya pada negara ini benar-benar berkembang karena orang-orang yang saya temui sangat ramah adanya. Kedengarannya klise, tapi mereka memang begitu ramah, dan saya pikir keramahan seperti itu tidak gampang dijumpai di tempat lain di dunia ini.
Pada tahun 2002 saya ikut program COTIM, program studi bahasa berkelompok yang didanai oleh Fulbright-Hays. Program itulah yang membawa saya ke Sulawesi dan pada akhirnya menuntun saya melakukan penelitian doktoral di sana dengan beasiswa Fulbright-Hays. Guru Besar yang memimpin program COTIM tahu bahwa saya tertarik pada musik, jadi suatu hari dia mengajak saya ke kampung Arab di Manado untuk mendengarkan musik pernikahan tradisional. Saya merasakan musik Arab-Indonesia menarik sekali (dan, jujur saja, menyenangkan). Itu adalah sebuah tradisi yang belum pernah saya baca selama studi etnomusikologi saya, dan saya hampir tidak tahu apa-apa tentang sejarah dan kebudayaan Arab-Indonesia. Ketika saya kembali ke Universitas Brown, saya tahu bahwa hal itulah yang saya akan teliti dalam disertasi saya.
Akhirnya saya tinggal sekitar tiga tahun lamanya di Sulawesi Utara mengunjungi komunitas Arab di Gorontalo, Manado, dan Sangihe Talaud. Saya belajar banyak melalui diskusi dengan para ahli Islam dan pewaris sejarah kampung, yang kebanyakan pria yang telah lanjut usia. Tapi saya juga menemukan bahwa perempuan yang saya temui sangat bijak, dan ekspresif. Saya menghabiskan waktu berjam-jam lamanya duduk di tangga masuk depan rumah dengan para perempuan yang mengenakan gaun rumah mereka, yang membicarakan sejarah keluarga dan filosofi mereka dalam hal pengasuhan anak, atau terlibat dalam permainan kata yang lucu, atau memperbincangkan perang di Irak dan pemerintahan Bush.
Orang ingin mengajak saya bicara tentang perang Irak. Pandangan orang Indonesia atas Amerika rendah selama berkecamuknya perang tersebut, dan komentarkomentar sering terlontar sekenanya tentang Amerika Serikat. Kendati demikian, saya lihat orang Indonesia yang bertemu dengan saya ingin membangun hubungan timbal balik yang baik, sering kali dengan cara menunjukkan alasan kenapa mereka mencintai kebudayaan dan agama mereka. Memang inilah tujuan utama dari Program Fulbright.
Setelah meraih gelar doktor, saya menulis beberapa bab di dua buku mengenai musik Islam di Indonesia, yang keduanya disunting oleh para akademisi alumni program Fulbright di Indonesia: Inspirasi Ilahi: Islam dan Musik di Indonesia, yang disunting oleh Anne Rasmussen, dan Islam dan Kebudayaan Populer di Indonesia dan Malaysia, yang disunting oleh Andrew Weintraub.
Dan sekarang saya merasa senang karena pekerjaan saya ada hubungannya dengan Indonesia. Di kantor penyiaran Suara Amerika (VOA) di Washington, DC, saya bekerja dengan puluhan wartawan Indonesia, spesialis TV, dan tokoh-tokoh radio. Program penyiaran berbahasa Indonesia adalah yang terbesar di Divisi Asia Timur VOA sesudah Mandarin, dan dari semua program VOA, program berbahasa Indonesia memiliki salah satu jumlah pendengar yang terbanyak. Dari kantor ini saya terus berhubungan dengan teman-teman saya di Indonesia. Ketika saya pergi meninggalkan mereka pada tahun 2006, kami hanya saling bertukar sms mengingatkan untuk tetap berhubungan, tetapi Facebook telah mengubah segalanya, karena sekarang dapat terhubung dengan teman-teman setiap harinya. Kami semua dulunya belum menikah, pergi ke pesta pernikahan bersama-sama, dan sekarang kami berbagi foto anak-anak kami melalui internet. Dan kami akan terus berhubungan. Ini adalah saat yang tak terlupakan dalam hidup saya.
Artikel ini tampil di buku DARI SABANG SAMPAI MERAUKE Memperingati Ulang Tahun 60/20 Fulbright dan AMINEF (halaman 94 – 96) yang diterbitkan pada tahun 2012 memperingati ulang tahun ke-20 AMINEF dan ulang tahun ke-60 Fulbright di Indonesia.
Judul asli adalah Across the Archipelago, from Sea to Shining Sea Commemorating the 60/20 Anniversary of Fulbright and AMINEF. Penerjemah: Sagita Adesywi dan Piet Hendrardjo.
Intiland Tower, Lantai 11
Jalan Jenderal Sudirman Kav. 32
Jakarta 10220, Indonesia
Tel : (+62) 21 5793 9085 / 86
Fax : (+62) 21 5793 9089
Office Hours : Monday – Friday, 08.00 – 17.00
The office is closed for Indonesian and US holidays
© 2025 AMINEF. All Rights Reserved.