işlek caddelere ve kafelerin olduğu kalabalık bir yere sikiş taşınmak isteyen genç çift bekar hayatı yaşadıkları porno huzurlu evlerinden daha sosyal imkanları olan bir porno izle mahalleye taşınmak isterler bu fikri sonrasında anal porno anında soyunmaya başlayan abla dediği kadını görünce yıllarca porno izle abla dememiş gibi onu tek celsede sikerek abla kardeş sex izle ilişkisine yüksek seks mahkemesinin kararıyla son brazzers verirler üvey kardeşlerin şehvetle sikiştiğini gören porno video mature ise boş durmaz ve onların bu eğlenceli ensest sikişmelerine kendisi konulu porno de dahil olur yine bir gün elinde poşetlerle eve gelir ders sex izle çalışmakta olan üvey oğluna yeni iç çamaşırlar aldığını bunları porno babasından önce ona göstermek istediğini söyler

Cinta Bahasa Membawaku ke Harvard

Kunto

Banyak yang bermimpi untuk mampu bekerja atau jalan-jalan ke luar negeri, termasuk aku. Sejak kecil, aku selalu berkeinginan untuk dapat memiliki pengalaman di luar negeri. Entah itu untuk jalan-jalan, bekerja, belajar atau yang lain. Aku menganggap pengalaman yang akan aku dapatkan saat di luar negeri akan sangat berarti untuk hidupku. Awalnya, bagi seseorang dengan latar belakang keluarga yang biasa dan serba pas-pasan, mimpi tersebut terdengar cukup muluk-muluk. Apalagi dengan keterbatasan yang aku miliki saat itu, kemampuan bahasa.

Namun, menyerah bukanlah pilihan. Sejak kecil, aku berusaha untuk menonton film dan musik berbahasa Inggris. Tujuannya sederhana, jika nanti aku keluar negeri, aku sudah terbiasa dengan bahasanya, terutama bahasa Inggris. Saat SMP dan SMA, aku berusaha mati-matian untuk belajar bahasa Inggris. Karena kemampuan finansial keluargaku, aku tidak bisa ikut les seperti teman-teman yang lain. Jadi aku berusaha semaksimal mungkin untuk belajar sendiri. Selain itu, aku juga mulai mengikuti berbagai lomba bahasa Inggris sampai akhirnya aku masuk ke jurusan bahasa Inggris saat kuliah di Universitas Negeri Semarang tahun 2007.

Perjuanganku seakan terbayar saat aku mendapat beasiswa S2 di the Ohio State University tahun 2012. Ketika aku kembali ke Indonesia, aku menemukan Polyglot Indonesia . Disinilah aku menemukan banyak teman yang memilki kecintaan yang sama terhadap bahasa. Aku belajar ternyata mempelajari bahasa memang menyenangkan.

Setelah berkutat dengan Polyglot Indonesia Chapter Semarang selama 3 tahun, aku pindah ke Kalimantan sebagai dosen Pendidikan Bahasa Inggris di STKIP Pamane Talino. Di kampus yang terletak di Kabupaten Landak ini aku melihat betapa kayanya kebudayan dan bahasa yang kita miliki. Terdapat puluhan bahasa daerah yang aku jumpai. Melalui Polyglot Indonesia, aku dikenalkan dengan Wikitongues, sebuah komunitas bahasa yang bermarkas di New York. Bersama Wikitongues, aku menjadi relawan dan membantu dokumentasi digital beberapa bahasa Dayak di Kalimantan Barat.

Kecintaanku terhadap bahasa semakin tumbuh. Setelah hampir empat tahun aku bekerja di Kalimantan Barat, aku memberanikan diri mengikuti seleksi Foreign Language Teaching Assistant (FLTA) pada tahun 2018. Program ini diselenggarakan atas kerjasama Fulbright dan Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dimana beberapa pengajar akan diseleksi untuk mengajar bahasa Indonesia bagi penutur asing di beberapa universitas di Amerika Serikat. Aku ingin mencoba menambah pengalaman dengan menjadi pengajar BIPA. Awalnya, aku hanya sekedar coba-coba, karena aku tahu pengalamanku mengajar BIPA sangat kurang. Dan aku juga yakin jika kandidat lain memiliki kemampuan yang jauh lebih hebat daripada aku.

Namun, aku tetap nekat dan mengikuti seleksi FLTA yang dilaksanakan oleh the American Indonesian Exchange Foundation (AMINEF). Tahap demi tahap aku ikuti dan di tahun 2019, aku mendapat kabar bahwa aku diterima untuk mengajar BIPA di Universitas Harvard. Awalnya, aku sangat tidak percaya, aku pikir Harvard akan memilih kandidat yang jauh lebih berpengalaman dalam BIPA. Namun setelah mendapat email tersebut dan mulai berkomunikasi dengan supervisor, aku semakin yakin bahwa aku harus mampu mengemban amanah ini. Aku mulai mempersiapkan diri dengan banyak bertanya, berdiskusi dan membaca buku tentang BIPA.

Sebelum keberangkatan, keempatbelas pengajar BIPA mendapatkan pembekalan dan pelatihan. Selain dari AMINEF, kami juga mendapatkan orientasi dari Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK) Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan. Selama beberapa hari, kami diberi pembekalan mengenai pengajaran BIPA, pemahaman lintas budaya, dan materi lainnya. Pelatihan ini sangat membantuku dalam mempersiapkan fisik dan mental untuk mengajar BIPA di Amerika Serikat.

Di Harvard, kelas BIPA diselenggarakan di bawah Ash Center Democratic Governance and Innovation, Harvard Kennedy School. Kelas ini merupakan kelas non-kredit yang bebas diikuti oleh siapapun, baik individu yang terafiliasi dengan Harvard maupun dari masyarakat umum. Semester ini, aku mengajar delapan belas siswa yang terdiri dari dua level, yaitu beginner dan intermediate. Karena terbuka untuk umum, siswa di kelas BIPA ini berasal dari berbagai kalangan dan profesi. Ada yang mahasiswa, dosen, peneliti, pustakawan, pensiunan, dokter, dll.

Perbedaan tujuan belajar, kemampuan bahasa Indonesia, dan faktor lainnya menjadi tantangan untukku. Selain mempertimbangkan instruksi di kelas, aku juga harus memperhatikan materi yang aku berikan agar sesuai dengan silabus yang dibuat. Selain kelas mingguan pada hari jumat, aku juga membuka kelas tutorial, semacam kelas privat, bagi mereka yang tetap ingin belajar di luar kelas mingguan. Aku berusaha sebaik mungkin untuk mendesain kelas menjadi kreatif agar siswa tidak merasa bosan dalam belajar.

Sekarang, sudah dua bulan aku menjadi seorang instruktur BIPA di Harvard. Melihat kembali semua yang terjadi di masa lalu mulai dari musik dan film berbahasa asing, kuliah, aktif di Polyglot Indonesia, dan Wikitongues semakin mengingatkanku bahwa saat kita benar-benar berusaha dalam mencapai sesuatu, kita akan diberikan jalan. Cita-citaku untuk belajar dan bekerja di luar negeri yang awalnya sangat tidak mungkin akhirnya menjadi kenyataan. Dan kecintaanku terhadap bahasa lah yang akhirnya membuat mimpiku jadi nyata.

 

Last Updated: Jul 31, 2022 @ 10:18 pm
WordPress Video Lightbox