Alumni & Voices

Darni M. Daud

PIONIR YANG MENJEMBATANI

“Saya berasal dari keluarga miskin, anak desa – 150 km dari Banda Aceh. Ayah saya guru sekolah dasar, lulusan Sekolah Guru Bawah (SGB). Beasiswa Fulbright membuat saya melihat dunia lebih dari yang saya pernah pikirkan. Singkatnya, membuat saya berpikir terbuka.”

Rektor Universitas Syiah Kuala kelahiran 1961 ini berpeluang untuk menjadi Gubernur Nanggroe Aceh Darusalam karena pada tahun 2012 ia mencalonkan diri dalam pemilihan umum daerah. Memang belum jelas, apakah ia akan terpilih sebagai gubernur atau harus puas menjadi Rektor. Yang jelas majalah Campus Asia menobatkan Darni sebagai pemimpin nomor tujuh terbaik di Indonesia pada tahun 2008.

Ia menerima beasiswa Fulbright pada awal 1990-an. Meskipun begitu, awal ceritanya sangat panjang, bermula sejak dia masih kecil. “Dalam bahasa Aceh ada syair ditulis oleh Teuku Nya Arief yang menyatakan bahwa negeri paling maju di dunia adalah Amerika Serikat dan kota paling maju adalah New York! Ayah saya berkata, kalau mau melihatnya, kau harus pergi ke sana. Dan untuk pergi ke sana, kau harus rajin bersekolah.” Maka, ketika mendapat kesempatan dari Fulbright, saya segera memilih New York. Lebih khusus lagi, saya memilih Universitas New York (NYU), karena di sana ada ahli di bidang pengajaran bahasa Inggris untuk penutur asing.”

Pengaruh Fulbright, bagi Darni bukan hanya penting untuknya pribadi, tapi juga bagi Aceh dan Indonesia. “Aceh perlu lebih memahami Indonesia, sebaliknya Indonesia perlu lebih baik memahami Aceh. Dan yang paling bisa membuat hal ini adalah Amerika.” Begitu kata pria yang suka mengelola kebun ini. Darni percaya, Amerika bisa memberdayakan bangsabangsa lain. Dalam berbagai kesempatan, Darni sering berceramah tentang pentingnya menjadi pionir yang menjembatani. Seorang Fulbrighter berkewajiban menjadi pendidik, sekaligus jembatan perdamaian.

Dalam kedudukannya sebagai dosen, ia lebih dari sekadar mengajar bahasa Inggris. Darni telah menjadi motivator dan pemberi semangat belajar di berbagai bidang. “Pada saat memberikan kuliah umum, saya menyempatkan diri berbagi kiat untuk belajar lebih efektif, sebagaimana saya dapatkan ketika mendapat beasiswa Fulbright.”

Baginya para cendekiawan Fulbright yang datang dari Amerika ke Indonesia, juga akan menyebarkan semangat belajar dan menjadi pionir yang terbaik di bidangnya. Darni percaya, peranan Fulbright memang menemukan orang-orang terbaik dan meningkatkan kualitas mereka dengan membuka kesempatan belajar seluas-luasnya.

Last Updated: Jun 3, 2019 @ 2:33 pm

Artikel ini tampil di buku DARI SABANG SAMPAI MERAUKE Memperingati Ulang Tahun 60/20 Fulbright dan AMINEF (halaman 101 – 102) yang diterbitkan pada tahun 2012 memperingati ulang tahun ke-20 AMINEF dan ulang tahun ke-60 Fulbright di Indonesia.

Judul asli adalah Across the Archipelago, from Sea to Shining Sea Commemorating the 60/20 Anniversary of Fulbright and AMINEF. Penerjemah: Sagita Adesywi dan Piet Hendrardjo.

WordPress Video Lightbox