işlek caddelere ve kafelerin olduğu kalabalık bir yere sikiş taşınmak isteyen genç çift bekar hayatı yaşadıkları porno huzurlu evlerinden daha sosyal imkanları olan bir porno izle mahalleye taşınmak isterler bu fikri sonrasında anal porno anında soyunmaya başlayan abla dediği kadını görünce yıllarca porno izle abla dememiş gibi onu tek celsede sikerek abla kardeş sex izle ilişkisine yüksek seks mahkemesinin kararıyla son brazzers verirler üvey kardeşlerin şehvetle sikiştiğini gören porno video mature ise boş durmaz ve onların bu eğlenceli ensest sikişmelerine kendisi konulu porno de dahil olur yine bir gün elinde poşetlerle eve gelir ders sex izle çalışmakta olan üvey oğluna yeni iç çamaşırlar aldığını bunları porno babasından önce ona göstermek istediğini söyler

Alumni & Voices

Joseph Saunders

BELAJAR DALAM SEBUAH NUANSA

Fulbright benar-benar merupakan jalan pembuka untuk mengenal Indonesia dengan baik. Pada tahun 1984 saya telah mengenal bahasanya, dan sudah sedikit banyak tahu tentang Indonesia, tetapi untuk terjun tinggal sepenuhnya di negeri itu selama satu tahun sangat penting artinya buatku. Dan pada kedua masa tinggal tersebut, khususnya di Tasikmalaya di mana selama berbulan-bulan saya tidak berinteraksi sama sekali dengan orang asing lain, itulah pengalaman meleburkan diri yang sesungguhnya. Pengalaman tersebut beserta dengan kuliah pascasarjana dan perjalanan-perjalanan pulang pergi setelah itu sampai sekarang telah memberi saya kemampuan untuk menganalisa apa yang terjadi di Indonesia yang penting sekali nilainya dalam perjalanan karir saya di bidang hukum dan sekarang dalam karir saya di bidang hak asasi manusia.

Salah satu hubungan saya yang terpenting adalah dengan novelis dan jurnalis Satyagraha Hoerip. Saya langsung diterima sebagai anggota keluarganya, dan hal ini saya alami berulang kali di berbagai tempat yang saya kunjungi di Indonesia. Sampai ia meninggal dunia di tahun 1998, saya sering menginap di rumahnya, di kompleks wartawan senior di Jakarta Timur. Sejarawan Ong Hok Ham tinggal tidak jauh dari situ dan kadang-kadang saya bertemu beliau atau penulis dan seniman lain yang tinggal di rumah Hoerip.

Fulbright pertama saya membawa saya untuk melanjutkan meraih gelar master di Universitas Cornell, yang memiliki Proyek Indonesia Modern dan Program Asia Tenggara yang sedang berkembang pesat. Saya menghabiskan waktu saya sejak tahun 1986 sampai dengan 1990 di sana belajar di bawah bimbingan orang-orang seperti Benedict Anderson, James Siegel, dan sejarawan Jepang Takashi Shiraishi. Saya menganggapnya sebagai pendidikan terbaik yang pernah saya dapatkan dari mana pun.

Pada akhirnya, saya kuliah di fakultas hukum, tapi pengalaman di Indonesia terus datang kembali. Sebelum mulai kuliah hukum, saya berbicara sebagai salah seorang panelis tentang Islam di Indonesia modern di Perpustakaan Kongres, dan salah satu panelis adalah Sidney Jones, direktur Asia di Human Rights Watch dan seorang pecinta Indonesia sejati. Ketika kuliah di fakultas hukum di New York, saya menjadi relawan bersamanya di proyek-proyek Indonesia, dan pengalaman itu, setelah magang pada hakim pengadilan banding federal dan bekerja di sebuah perusahaan Wall Street, membawa saya bekerja di bidang hak asasi manusia.

Saya ditugaskan Human Rights Watch pada tahun 1997 untuk menjalankan seorang diri sebuah proyek kebebasan akademis, dan, tidak mengherankan, saya memilih Indonesia menjadi proyek besar pertama saya. Saat itu adalah jaman Soeharto, dan masih ada indoktrinasi wajib bagi mahasiswa baru, penangkapan para akademisi yang kritis, dan sensor luas terhadap buku dan organisasi mahasiswa dan majalah. Dan kemudian terjadi krisis keuangan dan protes-protes mulai merebak di kampus di seluruh negeri. Jadi menurut saya waktunya tepat sekali. Saya sedang mempelajari kampus-kampus pada saat protes-protes terjadi di 50 kampus setiap harinya, ratusan protes setiap minggu, yang memuncak dengan lengsernya Soeharto pada 1998. Saya menerbitkan sebuah buku kecil dengan topik itu, dengan sub-judul Membongkar Rintangan-rintangan Zaman Soeharto .

Dan berkat Fulbright, saya tidak merasa seperti saya berada di luar menggedor pintu dalam melakukan pekerjaan hak asasi manusia saya. Saya memiliki pemahaman yang lebih bernuansa terhadap negara itu, mengenai banyaknya perkembangan yang terjadi di tahun-tahun terakhir zaman Soeharto. Bukan hanya satu hari, pengekangan, dan di hari berikutnya, pembebasan. Ada banyak hal yang terjadi selama tahun 1990-an sehingga saya dapat melihat dan memahami berkat pengalaman mendalam yang diberikan oleh Fulbright.

Last Updated: Jun 3, 2019 @ 3:29 pm

Artikel ini tampil di buku DARI SABANG SAMPAI MERAUKE Memperingati Ulang Tahun 60/20 Fulbright dan AMINEF (halaman 130 – 132) yang diterbitkan pada tahun 2012 memperingati ulang tahun ke-20 AMINEF dan ulang tahun ke-60 Fulbright di Indonesia.

Judul asli adalah Across the Archipelago, from Sea to Shining Sea Commemorating the 60/20 Anniversary of Fulbright and AMINEF. Penerjemah: Sagita Adesywi dan Piet Hendrardjo.

WordPress Video Lightbox