Foto: Dok. Faizal Arifurrahman/Kisah Mahasiswa RI Puasa di Amrik: Tak Sulit Dapatkan Penganan Halal/
Jakarta – Ramadhan 2021 mantap dijalani Faizal Arifurrahman di Houston, Texas, Amerika Serikat. Kendati insiden rasisme Asian Hate masih terjadi kota-kota di Amerika Serikat.
Mahasiswa S3 jurusan Materials Science and NanoEngineering (MSNE), Rice University, Houston, Texas ini tetap berangkat di awal tahun untuk melanjutkan studi.
“Kejadian terakhir itu jam 6 malam lalu. Ada orang yang menyeberang lalu nembakin paint ball (di dekat kampus). Orang iseng, beberapa kali ada kejadian penjambretan juga. Ditodong senjata, dimintai barang (berharga),” tutur Faizal kepada detikcom dan ditulis Sabtu (24/4/2021).
Ia menuturkan, peraturan untuk bebas membawa senjata api di Houston, Texas, membuat potensi kriminalitas di beberapa tempat kini cukup rawan.
Karenanya, Faizal berhati-hati dengan memantau perkembangan isu Asian Hate. Dia biasanya dikabarkan dalam jejaring Persatuan Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat (Permias).
Sedangkan pihak kampus Faizal menyarankan mahasiswanya sebaiknya selesai beraktivitas di kampus pukul 6 petang dan tidak keluar di malam hari. Ada bus kampus yang melayani para mahasiswa pulang ke apartemen dan asrama kampus setiap 20 menit.
Pria kelahiran Malang, 1993 ini semula membulatkan hati memilih kampusnya itu sebagai tujuan studi doktoral karena beberapa alasan.
Pertama, Rice University memiliki reputasi sebagai salah satu kampus terbaik di Amerika Serikat. Kampus di Houston, Texas, ini juga dikenal sebagai salah satu Harvard dari Selatan.
Di samping itu, Dosen Teknik Dirgantara, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB ini juga mendapat beasiswa Fulbright Doctoral Program dan fellowship Rice University Graduate Research Assistantship.
Faizal bercerita, keluarganya di Solo juga sebetulnya cukup concern dengan situasi di Amerika Serikat yang belakangan terjadi.
Di samping itu, zona waktu yang berbeda 12 jam dengan Indonesia membuatnya sedikit banyak rindu keluarga di Solo. Terutama melihat langsung tumbuh kembang anaknya yang kini berusia 1,5 tahun.
Kendati demikian, sang istri yang seorang dokter gigi dari Universitas Gadjah Mada tetap mendukung studi Faizal dan kesehariannya membiasakan puasa Ramadhan di Texas.
“(Istri) Membangunkan sahur dan puasa, memberikan waktu mengerjakan tugas meskipun ada yang ingin diobrolkan,” tutur Faizal.
Faizal juga masih membiasakan mengenali waktu sholat di kotanya. Ia juga mengecek waktu sholat baru tiap perubahan musim. Saat ini waktu Subuh di kotanya pukul 5.50 pagi dan waktu berbuka pukul 7.50 malam.
“Kalau musim dingin, waktu maghrib sekitar 5.30 (petang),” kata Faizal.
Faizal menuturkan, penganan halal untuk berbuka tidak susah dicari di Texas. Makanan halal juga memiliki tanda cap halal.
Tetapi transportasi umum tidak cukup tersedia. Ia juga sedikit membatasi bepergian keluar sendirian agar lebih aman.
Karenanya, Faizal lebih sering masak di apartemen mahasiswa S3 untuk sahur dan berbuka. Bahan makanan dibeli bersama teman sesama mahasiswa internasional setiap minggu.
Toko bahan makanan Asia di Houston bisa dijangkau 30-40 menit berkendara. Ada bus kampus juga yang bisa mengantar setiap 20 menit. Tetapi bus untuk pergi ke groceries hanya ada di hari Sabtu dan Minggu.
Saat di groceries, dia memilih makanan laut seperti ikan tuna, tilapia, dan salmon agar lebih terjamin halal.
Selama pandemi, sebagian aktivitas pembelajaran dilakukan daring, sementara praktik dilakukan di lingkungan kampus.
Faizal bercerita, agama adalah topik privat di sana. Kendati demikian, beberapa teman tahu ia sedang berpuasa.
“Empat belas jam tidak makan dan minum, selama satu bulan. Teman-teman Kristiani juga sudah lebih mengerti. Tapi kebanyakan mereka cukup heran ketika tahu, hehe,” tuturnya.
Semangat teman-temannya saat studi mendorong Faizal turut semangat berkuliah, terutama saat Ramadhan.
Ia bercerita, teman-temannya sangat aktif dan tidak sungkan bertanya di kelas. Sementara, kebanyakan lab-mates Faizal juga tidak kalah semangatnya saat praktik. Terkadang, teman-temannya mengerjakan praktikum sendirian hingga malam hari.
“Sebagian besar lab-mates saya dari China. Semangat belajar teman-teman China itu wah, gimana ya istilahnya, kerja keras sekali,” tutur Faizal.
Faizal menuturkan, tidak ada jam malam untuk pandemi saat ini di Texas. Texas juga tidak lagi memberlakukan wajib pakai masker bagi warga sejak Maret 2021. Sementara hingga Maret lalu, sholat jumat masih ditiadakan di kampusnya.
Baru setelah vaksinasi didistribusikan, ia dan mahasiswa muslim ikut salat Jumat berjamaah yang diadakan Muslim Student Association. Lokasinya di ruang pertemuan perpustakaan yang kosong selama pandemi.
Uniknya, terdapat ruangan khusus pula yang dipergunakan sebagai prayer room untuk berbagai keyakinan.
Sementara soal vaksin, Faizal menuturkan, ada dua jalur untuk mendapatkan vaksinasi di daerahnya. Yang pertama, dengan mendaftar ke pemerintah kota atau negara bagian.
Yang kedua, dengan memakai fasilitas vaksinasi dari kampus. Ia sendiri sudah menjalani vaksinasi dosis pertama. “Vaksin kedua akhir April ini,” tutur Faizal.
© 2025 AMINEF. All Rights Reserved.