Foto: Ferdinandus Watu, pencetus desa wisata Detusoko, pose bersama wisatawan asing di kampung wisata (Liputan6.con/Dion)
Liputan6.com, Ende – Beberapa tahun belakangan nama Detusoko melambung dalam bidang pariwisata. Hal ini tidak lepas dari usaha aktivis pariwisata setempat yang mengembangkan potensi desa wisata
Memanfaatkan posisinya sebagai desa penyangga Taman Nasional Kelimutu, sejumlah anak muda yang dipimpin oleh Ferdinandus Watu, mengembangkan produk lokal untuk dijual ke wisatawan. Baru-baru ini, BumDes Detusoko masuk dalam BumDes terbaik Indonesia dan mendapat penghargaan dari Presiden RI.
Menurut Ferdinandus, sebanyak 91 ribu wisatawan mengunjungi Kelimutu tiap tahun. Menuju Kelimutu, wisatawan pasti melewati Detusoko. Hal ini dijadikan peluang baginya untuk mengembangkan konsep eco-tourism.
“Potensi pasar ini perlu disikapi oleh desa-desa penyangga. Karena itu kami belajar bagaimana produk-produk lokal diolah, bagaimana label dan branding dari sebuah produk dikemas dengan standar premium atau internasional,” ujar Nando, sapaan akrabnya kepada wartawan, Rabu (8/7/2020).
Berkat usahanya, Detusoko kini sebagai tempat singgah yang memikat. Detusoko menjadi alternatif kunjungan wisatawan saat ke TN Kelimutu.
Nando bersama kawan-kawannya yang tergabung dalam Remaja Mandiri Community di Detusoko sukses mengembangkan ekowisata yang menyajikan keunikan seperti alam, budaya dan juga manusianya. Jadilah Decotourism atau Detusoko Eco-tourism yang sontak membuat Detusoko terkenal tidak hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri.
“Wisatawan kami ajak juga untuk ikut menikmati atraksi wisata. Dengan begitu ada pengalaman unik yang langsung dialami, dirasakan ketika ada bersama masyarakat. Di situ masyarakat dan para wisatawan bisa langsung berinteraksi,” kata Nando.
Tidak hanya sampai di situ Nando juga ikut memfasilitasi anak-anak muda untuk mendapatkan program beasiswa lanjutan khusus pariwisata. Ada lagi produk lokal yang telah dikemas dan jadi semacam kuliner dan juga ole-ole khas Detusoko yang dijajakan kepada para wisatawan antara lain, Kopi Detusoko, Peanut Butter, Korodagalai Sauce, Moni Marmalade dan Flores Chili.
Kini masyarakat Desa Detusoko Barat memercayakan Nando Watu menjadi kepala desa. Di bawah kepemimpinannya, pengembangan desa wisata masuk dalam keputusan politiknya.
Menurut Nando, pola pariwisata yang dikembangkan di Desa Detusoko Barat adalah pariwisata berbasis masyarakat. Pengembangan pariwisata itu dikelola oleh Bumdes Au Wula.
“Dalam Bumdes itu sendiri, ada dua unit. Unit pariwisata dan unit perdagangan. Di unit pariwisata itu, kita mencoba mengembangkan paket-paket wisata yang bisa dilihat dalam decotourism.id,” kata Nando.
Demi pengembangan pariwisata, pemerintah desa mendorong masyarakat untuk menyediakan homestay. Konsepnya, penduduk menyiapkan satu kamar dalam rumah untuk penginapan tamu yang datang ke Detusoko Barat.
“Sampai saat ini sudah ada 17 homestay. Kita memulainya sejak Januari 2018 untuk pariwisata sampai sekarang. Yang datang dengan berbagai maksud dan tujuan, entah belajar atau menikmati aktivitas pariwisata itu sudah 1.120 orang. Per malamnya 150 ribu rupiah setiap penginapan, sudah termasuk makan minum,” urainya.
Saat ini, Desa Detusoko Barat sudah memiliki aneka produk seperti Kopi Detusoko, Selai Kacang, Selai Lemon, Beras Hitam sebagai produk lokal masyarakat, juga memiliki kelompok pemberdayaan yakni RMC Detusoko.
© 2024 AMINEF. All Rights Reserved.