işlek caddelere ve kafelerin olduğu kalabalık bir yere sikiş taşınmak isteyen genç çift bekar hayatı yaşadıkları porno huzurlu evlerinden daha sosyal imkanları olan bir porno izle mahalleye taşınmak isterler bu fikri sonrasında anal porno anında soyunmaya başlayan abla dediği kadını görünce yıllarca porno izle abla dememiş gibi onu tek celsede sikerek abla kardeş sex izle ilişkisine yüksek seks mahkemesinin kararıyla son brazzers verirler üvey kardeşlerin şehvetle sikiştiğini gören porno video mature ise boş durmaz ve onların bu eğlenceli ensest sikişmelerine kendisi konulu porno de dahil olur yine bir gün elinde poşetlerle eve gelir ders sex izle çalışmakta olan üvey oğluna yeni iç çamaşırlar aldığını bunları porno babasından önce ona göstermek istediğini söyler

Galuh Nuril Latifah, Penerima Beasiswa Global Undergraduate Exchange, Uang dari Mengajar untuk Biaya Ikut Seleksi

Galuh Nuril Latifah saat ditemui di Kampus IAIN Kediri

Merasakan pendidikan di luar negeri merupakan impian banyak orang, terlebih pendidikan yang diberikan di negara maju seperi Amerika Serikat. Negara yang memiliki banyak universitas ternama seperti Harvard, MIT, dan Stanford ini telah menjadi salah satu kiblat pendidikan di dunia.

Galuh Nuril Latifah (22) seorang mahasiswa semester 6 di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri adalah seorang pelajar dari Kota Kediri yang memiliki kesempatan untuk merasakan pendidikan di Amerika Serikat.

Galuh Nuril Latifah atau yang biasa disapa Tifa merupakan salah satu penerima beasiswa Global Undergraduate Exchange (Global UGRAD) dari Fulbright Indonesia. Ia berkesempatan merasakan bagaimana proses pembelajaran di Wright State University Ohaiyo selama satu semester.

Bisa berkuliah di Amerika merupakan salah satu mimpinya yang akhirnya bisa menjadi kenyataan. Mimpi kuliah di luar negeri itu telah terpupuk di benak mahasiswa jurusan matematika ini sedari kecil.

“Alhamdulillah beasiswa ini menanggung semua yang diperlukan, mulai dari biaya kuliah hingga tempat tinggal,” ujar Tifa sembari tersenyum.

Inspirasinya untuk berkuliah di luar negeri ini terbentuk dari kegemarannya dalam membaca. Dari kegemarannya itu, wawasan yang ia miliki semakin terbuka dan membuatnya haus akan informasi.

Informasi mengenai beasiswa ini juga merupakan hasil pencariannya sendiri. Menurutnya, dengan adanya internet telah memudahkan untuk memperoleh informasi, untuk itu perlu dimanfaatkan sebaik mungkin.

Ia bercerita, untuk memperoleh beasiswa ini perlu menjalani tahapan seleksi yang tidak sedikit. Mulai seleksi administrasi, tes TOEFL, hingga wawancara. Ada ribuan peserta lain yang perlu ia singkirkan untuk memperoleh beasiswa ini.

Pada tahapan seleksi administrasi, banyak yang perlu ia kumpulkan, seperti transkrip nilai, rekomendasi dosen, bukti kemapuan berbahasa inggris, hingga menulis esai. Semua itu ia lalui dengan semangat.

Untuk memenuhi keperluannya dalam mendaftar, ia menggunakan uang yang ia peroleh dari hasil mengajar. “Dari uang mengajar di bimbingan belajar,” ujarnya.

Sekitar dua tahun terakhir, ia memang telah memberikan bimbingan belajar kepada sejumlah siswa di Kota Kediri. Hasil dari mengajar itu ia gunakan untuk uang saku sekolah dan membiayai tes beasiswa tersebut.

Menurutnya, tahapan yang paling sulit adalah wawancara, karena ia harus menghadapi orang-orang kompeten yang berasal dari Amerika. Selain itu ada juga guru besar dari Indonesia yang turut menjadi penguji. Beruntung, karena masih di masa pandemi kegiatan itu dilakukan secara daring, sehingga bisa menghemat biaya yang dikeluarkan.

Selanjutnya, ia perlu melakukan tes TOEFL IBT sebagai salah satu persyaratan. Tes tersebut juga merupakan pengalaman baru baginya, tidak seperti tes TOEFL yang pernah ia lakukan sebelumnya.

“Saya ambil tes yang online, karena tes ini biayanya cukup mahal. Alhamdulillah dapat skor 600, minimalnya 500,” katanya.

Mengenai restu dari orangtuanya, ia mengaku perlu meyakinkan orangtuanya. Komunikasi yang ia jalin setiap melakukan tahapan seleksi akhirnya juga bisa meluluhkan hati orangtuanya dan mengizinkannya untuk terbang ke negeri Paman Sam ini. Mengenai keberangkatannya, dirinya akan berangkat pada 15 Agustus mendatang.

“Kalau orangtua akhirnya mengizinkan, yang terpenting tidak memberatkan orangtua. Program ini juga membiayai penuh, jadi tidak menjadi masalah,” ungkapnya.

Setelah terpilih sebagai salah satu penerima beasiswa, ia kini fokus untuk mempersiapkan keberangkatannya ke Amerika Serikat. Persiapan ini dilakukan dengan membaca berbagai macam buku, jurnal, hingga informasi di internet terkait lingkungan tempat tinggal, dan berbagai macam kehidupan di sana.

“Untuk persiapan lebih ke mencari informasi di sana saja, untuk vaksinasi yang menjadi persyaratan masuk ke Amerika juga sudah selesai semua,” pungkasnya.

Last Updated: Aug 8, 2022 @ 7:55 pm
WordPress Video Lightbox