Salah satu beasiswa yang disediakan oleh Amerika Serikat adalah beasiswa Fulbright.
Jakarta, NU Online
“Mengapa santri harus belajar di luar negeri?”
Pertanyaan itu mengawali pemaparan Aziz Awaludin, kandidat penerima Beasiswa Studi Doktor Fulbright Scholarship saat mentoring online bertajuk Meraih Impian ke Amerika dengan Beasiswa Fulbright, Selasa (12/1)’.
Pertanyaan ini dijawabnya dengan berbagi sebuah pengalaman. Ia beranggapan bahwa seseorang yang pergi ke luar negeri sedang mengetuk pintu khusus untuk menggapai sukses. Diharapkan para santri yang belajar di luar negeri juga akan mampu menggapai kesuksesan di kemudian hari.
Ia juga bercerita bahwa kesan pertama melihat dunia adalah negara lain yang dikunjungi ‘lebih terang’ daripada negara sendiri, baik tata letak kotanya maupun kemajuan peradabannya. Selain itu kita bisa mempelajari hal itu untuk dijadikan oleh-oleh dan diterapkan di dalam negara.
“Amerika Serikat merupakan salah satu negara dengan kurikulum pendidikan terbaik di dunia. Tidak heran jika pelajar dunia berebut ingin menimba ilmu di sana,” kata Aziz Awaludin.
Ia menyebutkan salah satu beasiswa yang disediakan oleh Amerika Serikat adalah beasiswa Fulbright. Fulbright adalah program beasiswa yang kompetisi dan sistem seleksinya sangatlah ketat. Beasiswa ini menuntut para kandidatnya untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya dan menyiapkan segala persyaratan sedini mungkin.
“Butuh perjalanan panjang dan persiapan matang, terutama dalam berbahasa Inggris,” ungkap Aziz.
Muhammad Taqiyuddin, Candidate Master of Arts (MA) in Mathematics Education, University of Georgia mengulas seputar fasilitas beasiswa Fulbright dan keunggulan beasiswa ini daripada beasiswa lainnya.
“Beasiswa Fulbright adalah beasiswa yang sangat prestisius, yang juga merupakan beasiswa tertua di dunia dengan track record alumni yang sangat luar biasa. Tidak sedikit alumni Fulbright yang menjadi menteri, pejabat, hingga bahkan Presiden suatu negara,” ungkapnya.
Persiapkan pendaftaran sedini mungkin
Lebih jauh lagi Taqiyuddin juga berpesan akan pentingnya sikap ‘memantaskan diri’ dan ‘perencanaan matang’ sebelum mendaftar beasiswa ini. “Tanyakan pada diri sendiri, sejauh mana kita pantas dan layak mendapatkan beasiswa ini? Selain tentunya menyiapkan dokumen pendaftaran selengkap dan sedini mungkin karena akan sangat menunjang kelancaran dalam dalam seleksi kelulusan,” paparnya.
Ia mengingatkan peserta webinar untuk menghindari kebiasaan ‘menulis tanpa merevisi. Menurutnya dalam setiap proses menulis berkas pendaftaran beasiwa, baik CV, motivation statement dan lainnya perlu untuk juga melakukan beberapa kali revisi demi hasil yang baik.
“Kalau punya prestasi cantumkan saja, ceritakan saja pengalaman semasa hidup. Intinya persiapkan dengan matang, jangan takut gagal. Asalkan kalian tau tujuan kalian mau ngapain di luar negeri, insyaallah pasti berhasil,” pesannya.
Webinar tersebut diadakan oleh Yayasan Santri Mengglobal Nusantara. Dito Alif Pratama, pendiri sekaligus pembina yayasan mengungkapkan bahwa acara mentoring seperti ini akan dilaksanakan setiap bulan dengan negara tujuan berbeda. Hal ini dianggap penting karena dikotomi disiplin ilmu tempat belajar di luar negeri bagi santri masih mengakar kuat di mindset masyarakat.
“Anggapan bahwasannya santri hanya bisa melanjutkan studi ke Timur Tengah tidaklah benar. Santri Indonesia juga bisa melanjutkan studi ke negara Barat dan banyak negara lainnya di pelbagai penjuru dunia dengan beragam program studi yang tersedia,” ungkapnya.
© 2024 AMINEF. All Rights Reserved.