UNTUK KESEHATAN GLOBAL
Sekiranya kita boleh lahir sekali lagi, apakah yang akan dilakukan Pratiwi Sudarmono? “Belajar mikrobiologi sekali lagi! Mikrobiologi adalah kunci untuk mengatasi persoalan kesehatan dan tetap paling penting untuk memahami kehidupan,” katanya. Mikrobiologi yang dipahami dan dikembangkannya tidak hanya terbatas di bumi, tetapi juga di ruang angkasa. Karena itulah Pratiwi bersemangat untuk melakukan penelitian di mana pun.
Pratiwi Pujilestari Sudarmono lahir di Bandung, 1952. Ia terpilih untuk mengikuti program Sarjana Abad Baru Fulbright (New Century Scholar) pada tahun 2001 – 2002. Selama satu tahun menjalani program ini, para peserta yang berasal dari banyak negara berkumpul sebagai sarjana Fulbright untuk membahas dan mencari pemecahan atas berbagai permasalahan global. Konsentrasi penelitiannya adalah mencari terobosan dalam perbaikan kesehatan global.
“Banyak masalah kesehatan bersumber pada kurangnya pendidikan,” katanya. Sebagai contoh Pratiwi mengemukakan praktik mengasingkan ibu yang sedang melahirkan. Di beberapa daerah terpencil, di Nusa Tenggara Timur, misalnya, ada kebiasaan mengasingkan ibu di ruang tersendiri. “Saya berkunjung ke salah satu desa, dan mencoba masuk ke ruang sempit yang membuat kita kesulitan bernafas di dalamnya,” kata Pratiwi. Orang hanya bisa masuk ke ruang itu melalui sebuah pintu kecil. Ruang itu diasapi terus menerus. Ibu dan bayi tidak dimandikan, bahkan tidak dibantu sama sekali. Makanan dikirim melalui lubang kecil. Sering kali terjadi bayi, bahkan ibunya ditemukan sudah meninggal.
Jelas hal ini sama sekali tidak sehat. Pratiwi memberikan penyuluhan agar praktik buruk ini dihentikan. Tapi apa jawab pejabat yang dihubunginya, “Saya dan ibu saya juga mengalami hal itu. Tapi lihat, nyatanya sekarang saya bisa jadi bupati. Bahkan ada yang bisa jadi gubernur maupun menteri.”
Jawaban itu jelas membuatnya geram. Untunglah selalu ada cara membuat orang sadar. Bagaimana pun prevalensi kematian bayi dan ibu yang sedang melahirkan sangat tinggi. Itulah yang harus ditekan, diturunkan.
“Dalam tempo sepuluh tahun terakhir, kondisi kesehatan di Nusa Tenggara Timur membaik, dan kasusnya menjadi pembelajaran masyarakat internasional.” Wakil dekan, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia itu mengaku bahagia bekerja di daerah miskin di Tanah Airnya sendiri. Ia juga senang menerima peserta program Fulbright yang datang dari Amerika. “Mereka mendapat kesempatan belajar banyak di Indonesia. Di sini kesempatan untuk meneliti hal baru terbuka selebar-lebarnya,” kata ilmuwan yang pernah terpilih menjadi astronot yang banyak dibicarakan dalam dasawarsa 1980-an itu.
Pada Oktober 1985, Pratiwi terpilih menjadi peserta misi wahana antariksa Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) ke angkasa luar. Pratiwi dijadwalkan meluncur dengan pesawat ulang-alik Columbia pada Juni 1986, tetapi dibatalkan. Pembatalan ini diakibatkan bencana yang dialami pesawat ulang-alik serupa, yaitu Challenger yang meledak di angkasa pada bulan Januari tahun itu. Walau pun tidak jadi mengangkasa, untuk beberapa lama, Pratiwi tetap bekerja di NASA di Amerika Serikat.
Dengan kapasitas yang tinggi dan pengalamannya yang luas, sesungguhnya tidak sulit buat Pratiwi untuk mendapatkan pekerjaan di negara-negara maju. “Memang untuk meneliti dapat dilakukan di mana saja. Tetapi nyatanya saya lebih menikmati mengajar dan meneliti di sini,” kata guru besar dalam bidang mikrobiologi itu.
Berkomentar mengenai program beasiswa, Pratiwi berujar “pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui beasiswa, pertama-tama harus bertujuan membuat orang menemukan, mencintai dan mengembangkan dunianya. Tentu dengan setia,” tambah pakar kesehatan global yang sangat mencintai proyek-proyek lokal ini.
Artikel ini tampil di buku DARI SABANG SAMPAI MERAUKE Memperingati Ulang Tahun 60/20 Fulbright dan AMINEF (halaman 165– 167) yang diterbitkan pada tahun 2012 memperingati ulang tahun ke-20 AMINEF dan ulang tahun ke-60 Fulbright di Indonesia.
Judul asli adalah Across the Archipelago, from Sea to Shining Sea Commemorating the 60/20 Anniversary of Fulbright and AMINEF. Penerjemah: Sagita Adesywi dan Piet Hendrardjo.
Intiland Tower, Lantai 11
Jalan Jenderal Sudirman Kav. 32
Jakarta 10220, Indonesia
Tel : (+62) 21 5793 9085 / 86
Fax : (+62) 21 5793 9089
Office Hours : Monday – Friday, 08.00 – 17.00
The office is closed for Indonesian and US holidays
© 2025 AMINEF. All Rights Reserved.