Kisah Mahasiswa Asal Pamekasan, dapat Beasiswa S2 di Amerika Serikat Setelah 7 Kali Mencoba

Parlaungan Iffah Nasution (dua dari kiri pakai odheng Madura) saat berada di Georgia State University, Amerika Serikat.

Jerih payah Parlaungan Iffah Nasution terbayar setelah mendapat beasiswa ‘Fulbright’ dari Pemerintah Amerika Serikat.

Warga Jalan Stadion Gg 6, Kelurahan Barurambat Kota, Kabupaten Pamekasan, Madura itu mendapat kesempatan kuliah S2 gratis di Georgia State University, Amerika Serikat.

Di kampus berjuluk Universitas Negeri Atlanta itu, Parlaungan Iffah Nasution diterima beasiswa di Jurusan Master of Public Administration dengan Spesialisasi Manajemen Nonprofit.

Setiap hari, ia kuliah mulai pukul 09.00 GMT hingga sore hari pukul 15.00 GMT (Zona Waktu Amerika Serikat).

Ada sekitar 50 mahasiswa yang menempuh jenjang pendidikan S2 dan S3 dari Indonesia yang mendapatkan beasiswa serupa.

Puluhan mahasiswa itu tersebar menempuh pendidikan di seluruh universitas di Amerika Serikat.

Sedangkan se-Jawa Timur, terdapat sekitar 3 mahasiswa yang mendapatkan beasiswa Fulbright dari Pemerintah Amerika Serikat.

Di antaranya mahasiswa dari Kota Surabaya, Pasuruan dan Kabupaten Pamekasan.

Pria yang akrab disapa Ucok itu merupakan satu-satunya putra daerah asal Pulau Madura yang mendapatkan beasiswa tersebut.

Ke depan, Ucok akan menempuh pendidikan S2 di Amerika Serikat hingga tahun 2024.

Ucok mengaku tak menyangka akan mendapatkan beasiswa ‘Fulbright’ dari Pemerintah Amerika Serikat.

Mulanya, enam kali Ucok mencoba mendaftar beasiswa S2 dengan tujuan kampus berbeda di luar negeri. Di antaranya beasiswa Australia, dan Eropa.

Namun, meski enam kali gagal mendaftar beasiswa S2 luar negeri, tak mengurungkan niatnya untuk mencoba beasiswa S2 universitas lain.

Setelah ketujuh kalinya, Ucok diterima di Georgia State University, Amerika Serikat.

Setiap bulan, pria lulusan S1 Universitas Airlangga Surabaya itu mendapatkan uang saku dari Georgia State University sekitar 1.700 dolar AS.

Bila dirupiahkan, per bulan Ucok mendapatkan uang saku sebesar Rp 25 juta dari Pemerintah Amerika Serikat.

Uang sebanyak itu diperuntukkan biaya hidup, biaya makan, uang kuliah, uang buku, tranportasi dan kebutuhan kuota internet.

“Saya tinggal di apartemen khusus yang disediakan pihak kampus,” kata Ucok, Senin (4/7/2022).

Pria berusia 25 tahun ini juga menceritakan, saat hendak berangkat ke Amerika Serikat, ia rela meninggalkan istrinya yang baru hamil empat bulan untuk sementara waktu menempuh pendidikan S2 di Georgia State University.

Saat itu, usia pernikahan Ucok dengan istrinya baru seumur jagung, yaitu baru 5 bulan menikah.

Sebelum menikah, Ucok dan istrinya telah bersepakat menyampaikan rencana dan tujuan hidup masing-masing, termasuk melanjutkan pendidikan keluar negeri.

Bahkan pengakuan Ucok, keluarga besarnya sangat mendukung dirinya untuk melanjutkan pendidikan S2 di luar negeri.

“Alhamdulillah lancar tidak terlalu banyak penolakan saat hendak berangkat ke Amerika Serikat. Semua keluarga besar mendukung satu sama lain,” syukurnya.

Menurut Ucok, konsekuensi hubungan jarak jauh yang ia jalani bersama istrinya yang sedang hamil ini merupakan bagian dari pengorbanan demi menempuh pendidikan yang lebih tinggi.

Bagi dia, pendidikan sangat penting dan wajib ditempuh anak muda.

“Niat yang harus tertanam dalam diri kita, menempuh pendidikan tinggi itu bukan ingin sekadar mendapatkan pekerjaan mapan, tapi bagaimana caranya bisa merubah nasib diri sendiri, lingkungan sekitar dan berkontribusi untuk kemajuan negeri,” pesannya.

Pendapat Ucok, di Era Revolusi Industri seperti sekarang ini, mengakses pendidikan dan mendapatkan beasiswa luar negeri jauh lebih mudah.

Penilaian dia, kualitas pendidikan dari sisi aksesibilitas kini lebih baik dari era sebelumnya.

Kini, banyak beasiswa dan bantuan dari pemerintah maupun yayasan untuk mendukung finansial pelajar, siswa hingga mahasiswa yang kurang mampu agar bisa melanjutkan pendidikan hingga jenjang yang lebih tinggi.

Ucok mencotohkan, misalnya program Beasiswa Kedokteran di Unair Surabaya yang dicetuskan Bupati Pamekasan, Baddrut Tamam merupakan bagian dari upaya Pemkab Pamekasan untuk membangkitkan semangat anak muda Pamekasan supaya bisa belajar di kampus favorit dengan kualitas pendidikan yang bagus.

“Selain itu, sekarang juga ada bantuan biaya pendidikan yang berbasis kualitas, yaitu tidak melihat diri kita mampu dari segi finansial tapi melihat dari kualitas intelektual kita,” jelas Ucok.

Ucok berpesan, selagi masih muda apabila mempunyai kesempatan belajar, alangkah baiknya tidak usah berpikir dua kali, apalagi mendapatkan beasiswa sesuai dengan tujuan tempat belajar yang diinginkan.

Sebab, ketika usia tua, belum tentu mendapatkan kesempatan belajar yang banyak untuk menempuh pendidikan karena keterbatasan kesehatan fisik.

Ke depan Ucok berkeinginan, mendorong semangat generasi muda Madura, khususnya Pamekasan agar bisa bersaing dan berkompetisi dari segi pendidikan di level global.

“Segala peluang belajar di mana pun, kini terbuka luas untuk kita. Tinggal kita mau apa tidak kuliah di tempat pendidikan yang bagus dan terbaik yang sesuai dengan passion kita,” tegasnya.

Last Updated: Jul 12, 2022 @ 2:23 pm
WordPress Video Lightbox