Ramadan, Kampus dan Ibadah

Noor Qomaria Agustina, Dosen di PBI UMY

Ukhuwah Islamiyah itu indah, apalagi saat berada di tempat asing jauh dari sanak keluarga dan handai taulan. Itulah pengalaman tinggal di negeri yang jauhnya separuh bumi dari Indonesia. Hanya sekitar 1% penduduk yang beragama Islam. Namun tercatat ada 300 masjid dan Islamic Center di seluruh Amerika Serikat sehingga bisa menemukan masjid hampir di setiap kota.

Saya berkesempatan studi lanjut di Kent State University Ohio. Yang terbayang sebelum berangkat adalah pasti sulit bertemu Muslim dan menjalankan agama. Lalu bagaimana salatnya, puasa di bulan Ramadan dan berdoa semoga tidak mendapat perlakuan rasisme atau Islamophobia. Saya mantap memilih kampus ini karena ada masjid di dekat kampus. Selain itu, Kent State University menyediakan musholla dengan tempat khusus untuk berwudhu. Kenapa ini penting? Karena di Amerika, air mengalir di toilet hanyalah untuk cuci tangan di wastafel. Jadi bisa dibayangkan bagaimana susahnya membasuh kaki ketika berwudu.

Dengan predikat kampus aman dan kota dengan tingkat kriminalitas rendah, saya niatkan berangkat menuntut ilmu. Benarlah, kampus dan kota Kent sangat bersih dan asri dikelilingi daerah pertanian, danau dan tidak jauh dari Taman Nasional Cuyahoga Falls. Penduduknya ramah dan hangat khas kota kecil. Kami tidak pernah mendapatkan tindakan rasisme. Berbagai kegiatan kampus memberi peluang mengenal Muslim dari berbagai dunia. Banyak kegiatan keagamaan di masjid setempat ataupun Islamic Centers di kota tetangga.

Lamanya berpuasa bergantung pada musim. Tahun ini puasa jatuh di musim semi dengan lama sekitar 15 jam. Aplikasi yang menyediakan jadwal salat, puasa dan arah kiblat menjadi rujukan sehari-hari. Negara bagian Ohio telah mencabut kewajiban memakai masker sehingga masjid dan Islamic Center telah melakukan kegiatan Ramadan seperti buka bersama, tarawih dan tadarus. Pastilah tidak sehiruk-pikuk Masjid Jogokariyan tempat saya dulu dibesarkan, namun ini sungguh berharga. Puncaknya adalah Salat Idulfitri di lapangan parkir Islamic Society of Akron and Kent (ISAK) Cuyahoga Falls. Sesudah salat dibagikan makanan, mainan untuk anak anak serta bunga mawar untuk perempuan.

Datang muslim dari berbagai negara dengan beragam warna kulit dan pakaian daerahnya. Ada pembelajaran bahwa Islam untuk semua dan tidak membedakan ras serta warna kulit. Ketika mengucap salam dan berkata “Hello Brothers and Sisters”, terasa Ukhuwah Islamiyah antarbangsa.

Di masa pandemi sebelumnya, kegiatan kegiatan Ramadan dilakukan melalui Facebook dan online. Beruntungnya kami bisa mengikuti kegiatan dari penjuru Amerika dan Indonesia. Sisi lain, mahasiswa biasanya termasuk warga dengan penghasilan di bawah garis kemiskinan menurut kriteria pemerintah Amerika Serikat. Bantuan sembako kami terima dari berbagai pihak seperti masjid, Konsulat Jenderal RI, ataupun perorangan.

Kami mendapatkan Zakat Fitrah dan bantuan uang dari Zakat Maal. Cukup menggelikan, namun semua kami syukuri sebagai rezeki dari Allah. Walaupun kami tetap berzakat di Tanah Air.

Jika kita ingin mengenal diri sendiri dan Allah, lakukan perjalanan. Ketika bertemu orang yang berlainan budaya dan latar belakang, kita belajar menghargai perbedaan dan tidak mudah menghakimi. Pengalaman menjadi kaum minoritas mengajari untuk rendah hati dan tidak jumawa. Pada akhirnya, setiap yang diberi hidup mempunyai perasaan dan hak hak yang patut dihargai dan mendapat pengakuan. Menurut saya itulah inti dari Islam sebagai agama Rahmatan lil Alamin, pembawa keberkahan bagi lingkungan sekitar.

Last Updated: Feb 20, 2023 @ 11:03 am
WordPress Video Lightbox