işlek caddelere ve kafelerin olduğu kalabalık bir yere sikiş taşınmak isteyen genç çift bekar hayatı yaşadıkları porno huzurlu evlerinden daha sosyal imkanları olan bir porno izle mahalleye taşınmak isterler bu fikri sonrasında anal porno anında soyunmaya başlayan abla dediği kadını görünce yıllarca porno izle abla dememiş gibi onu tek celsede sikerek abla kardeş sex izle ilişkisine yüksek seks mahkemesinin kararıyla son brazzers verirler üvey kardeşlerin şehvetle sikiştiğini gören porno video mature ise boş durmaz ve onların bu eğlenceli ensest sikişmelerine kendisi konulu porno de dahil olur yine bir gün elinde poşetlerle eve gelir ders sex izle çalışmakta olan üvey oğluna yeni iç çamaşırlar aldığını bunları porno babasından önce ona göstermek istediğini söyler

Punya American Dreams? Yuk mulai dari lanjut Master di US!

Dr. Maulana A. Empitu adalah penerima beasiswa Fulbright Master of Science & Technology Initiative Degree Program, bidang studi Pharmacology and Drug Development di Tufts University tahun keberangkatan 2013.

Artikel ini awalnya muncul di jadidokter.com pada bulan Juli 2022.

Got your American Dreams? Why don’t you start from Master Degree? Mengenyam pendidikan di US bisa bawa berbagai macam kesempatan lho.

Coba yuk kita belajar dari dr. Maulana A. Empitu yang pernah mengenyam pendidikan masternya di Tufts University, Massachusetts, US!

Bagaimana awalnya memilih lanjut Master di US?

Semuanya berawal dari pendaftaran beasiswa. Sejak awal dr. Maulana memang bercita-cita untuk lanjut studi ke luar negeri (LN), sehingga selepas internship beliau langsung mendaftar beasiswa. Tidak hanya mendaftar beasiswa ke US saja, tapi juga ke berbagai negara lain.

“Ada beberapa beasiswa yang diterima. Namun dari aspek time-frame, alumni network, universitas yang memberikan LoA dan tahap interview yang berkesan, saya memilih Fulbright Scholarship, yang artinya saya akan lanjut ke US” jelasnya.

Untuk beasiswa Fulbright, pendaftaran sekolah bisa dilakukan setelah diterima beasiswa dimana pendaftaran sekolahnya cukup fleksibel.

Dalam kasusnya, dr. Maulana memilih jurusan yang masih dalam lingkup biomedical, dengan program research-based, yang kemudian pilihan tersebut jatuh pada program Master of Science in Pharmacology and Drug Developments, Tuft University.

Bagaimana proses studi di sana?

“Alhamdulillah, sulit” tukas dr. Maulana, “perlu banyak belajar dan adaptasi”. Diakuinya, dalam hal akademik ada banyak yang harus dipelajari, karena banyak topik/course work yang asing.

Selain course work/kuliah, awal semester juga dibuka dengan rotasi laboratorium selama 6 bulan di 2-3 laboratorium berbeda. Di sini kita bisa mempelajari bidang masing-masing laboratorium.

Jika kita tertarik, kita bisa memilih satu diantara beberapa laboratorium tersebut untuk bergabung dan mengerjakan proyek, sehingga pada semester dua bisa langsung terjun mengerjakan proyek sendiri.

“Kesulitannya adalah karena selama di S1 dulu tidak diajarkan pengalaman laboratorium, jadi sulit juga untuk mengerjakan metode-metode yang kita ngga pernah mengerjakan sebelumnya” jelas dr. Maulana yang memilih menghabiskan semua course work/kuliah di semester awal agar bisa fokus dengan penelitian pada semester berikutnya.

Selain itu, kultur bekerja di US bisa dibilang independen, dimana semua orang mengerjakan eksperimennya sendiri tanpa diajari. “Jadi seringkali kita gagal eksperimen, tapi ngga bisa troubleshoot, ngga tahu harus pake metode apa, dan sulit melihat gambaran dari proyek kita,” dr. Maulana menjelaskan, “untungnya banyak ketemu dengan teman se-program yang sangat helpful untuk dimintai tolong atau ditanya”.

Meskipun kulturnya relatif berbeda, baik teman-teman seprogram, para PhD student, Post-Doctoral student, dan profesor dalam laboratorium tempat dr. Maulana bekerja sangat baik dan suportif terhadap kegiatan belajar.

Pada jenjang master ini, mahasiswa juga tidak dituntut menerbitkan paper-nya sendiri, melainkan bergabung dengan proyek postdoc atau asisten profesor.

Liburan main ski sembari menjalani studi master di US

Apakah keuntungannya melanjutkan studi Master di US?

“US sangat diverse, jadi pengalaman belajar di tiap negara bagian bisa berbeda,” jelas dr. Maulana. Yang jelas secara umum ada beberapa keuntungan yang dirasakan dr. Maulana, antara lain tidak adanya language barrier, relatif tidak ada culture shock karena lingkungan yang sangat heterogen dengan jumlah imigran yang banyak, walaupun ada beberapa negara bagian dengan isu rasis yang kuat.

Dari segi pendidikan, US memiliki banyak pilihan universitas dan kota yang bagus, sehingga kita bisa memilih tempat sesuai dengan minat, tujuan, bahkan sampai ke budget dan lifestyle kita.

“Khusus kota besar yang menjadi ‘hub’ seperti San Fransisco, Boston, New York, pilihan studi dan risetnya sangat beragam, dan hampir semua ada” lanjutnya lagi, “misalnya di Boston, ada banyak universitas seperti Tufts, Boston; institut seperti Broad Whitehead, Ragon; Hospital seperti Beth Israel, Brigham and women; pharmaceutical seperti Takeda, Novartis, dan juga bioteknologi seperti BioGen, GeneTech; yang bisa menyediakan resources untuk kita belajar, ikut talk gratis, atau hanya untuk sekedar berkunjung dan belajar di dalamnya”.

Selain itu, sebagai pemegang visa student di US, juga bisa mengajukan internship ke perusahaan kece seperti Takeda, Novartis, Moderna, Google, dan Amazon, sampai ke instansi pemerintah seperti NIH atau NASA. Meskipun kebanyakan mengutamakan penduduk US atau permanent resident, tapi tidak menutup kemungkinan untuk pemegang visa pelajar F1 maupun J1.

Dan yang terpenting adalah budaya komunikasi yang terbuka di US yang sangat membantu dalam kehidupan profesional kita ke depannya.

Ada kerugian?

“Jika dibandingkan dengan negara yang relatif aman seperti Jepang, kerugian nomer satu adalah safety, ada sejumlah kota di US yang memiliki banyak daerah rawan tindak kriminal. Kedua, iklim yang sangat kompetitif, bisa jadi negatif atau positif, terutama di sekolah/lab/internship yang bagus. Ketiga, living cost dan tuition fee yang mahal, sehingga beasiswa penting disini. Apalagi yang bawa keluarga, karena sekolah anak, daycare, dan insurance juga mahal” jelas dr. Maulana.

Kesimpulan

Untuk teman-teman yang ingin studi di Amerika, mengambil gelar master merupakan jalan yang menarik. Salah satu beasiswa yang bergengsi untuk studi di Amerika adalah beasiswa Fulbright.

Meskipun proses studinya tergolong sulit, namun mengenyam pendidikan di negara adidaya tersebut ternyata dapat memberikan banyak pengalaman dan peluang bekerja yang menggiurkan.

Namun, harus diingat, bahwa ada juga beberapa hal yang harus didiskusikan jika ingin studi di Amerika, apalagi terkait dengan safety dan living cost.

So, who dare to live the American Dreams?
Tunggu artikel seputar prospek Master degree dan tips and trick studi di US di artikel berikutnya!

Last Updated: Sep 2, 2022 @ 3:14 pm
WordPress Video Lightbox