işlek caddelere ve kafelerin olduğu kalabalık bir yere sikiş taşınmak isteyen genç çift bekar hayatı yaşadıkları porno huzurlu evlerinden daha sosyal imkanları olan bir porno izle mahalleye taşınmak isterler bu fikri sonrasında anal porno anında soyunmaya başlayan abla dediği kadını görünce yıllarca porno izle abla dememiş gibi onu tek celsede sikerek abla kardeş sex izle ilişkisine yüksek seks mahkemesinin kararıyla son brazzers verirler üvey kardeşlerin şehvetle sikiştiğini gören porno video mature ise boş durmaz ve onların bu eğlenceli ensest sikişmelerine kendisi konulu porno de dahil olur yine bir gün elinde poşetlerle eve gelir ders sex izle çalışmakta olan üvey oğluna yeni iç çamaşırlar aldığını bunları porno babasından önce ona göstermek istediğini söyler

Ramadan di Amerika Serikat: Keberagaman Budaya dalam Berpuasa

Saya merasa terharu saat mengenang makanan khas Ramadan di Bangka Belitung, seperti otak-otak, pempek dengan cuka pedasnya. Namun, saya juga merasakan keistimewaan dalam berbuka puasa dengan hidangan-hidangan yang saya temui di Amerika Serikat. Pizza, roti, pasta, dan steak menjadi bagian dari pengalaman baru dalam berpuasa jauh dari rumah. Jika ditanya pengalaman mana yang lebih berkesan, saya rasa keduanya spesial bagi saya. Keduanya memberikan arti Ramadan tersendiri bagi saya.

Saya Ghaida, saat ini saya sedang menempuh pendidikan di Northampton Community College, Bethlehem Pennsylvania dengan mengambil jurusan early childhood education and development.

Tahun ini adalah pertama kalinya saya melaksanakan ibadah puasa 14.952 km jaraknya dari daerah saya, Bangka Belitung. Meskipun begitu, saya merasa bahwa pengalaman puasa kali ini tetap memberikan kesan spiritual yang sama. Setiap harinya, saya menanti waktu berbuka yang diawali dengan suara adzan dari aplikasi di ponsel saya. Durasi puasa di Amerika dan Indonesia hampir sama lamanya, sekitar 13 jam. Perbedaanya adalah jika di Amerika waktu imsak ialah pada pukul 5.41 pagi dan berbuka pada pukul 07.19 malam.

Di tengah dinginnya musim semi di Amerika, berbuka puasa menjadi momen yang hangat bagi saya. Saya merasakan toleransi yang kuat antar teman-teman satu program. Mereka menanyakan apa itu Ramadan dan mengapa umat Muslim harus berpuasa. Tak hanya itu, beberapa dari mereka penasaran dan ikut berpuasa selama beberapa hari walaupun mereka bukan pemeluk agama Islam.

Kami menjalani sahur dan berbuka bersama. Kami akan berkumpul di area makan atau di salah satu kamar teman saya. Kebetulan saya tinggal di asrama dimana pilihan berbagai makanan disajikan setiap harinya secara buffet, sehingga saya tidak perlu memasak. Dining room di asrama akan buka pada pukul 7 pagi dan tutup pada pukul 7 malam, sehingga saya harus mengambil makanan menggunakan kontainer dan disimpan untuk berbuka puasa dan sahur.

Menu makanannya berbeda setiap harinya, pilihannya pun berbagai macam, seperti salad, nasi, ayam, sapi, roti, kue, pasta, pizza, buah buahan dan berbagai macam minuman soda. Di asrama tidak menyediakan dapur namun di setiap kamar diberikan fasilitas berupa microwave dan kulkas. Alhamdulillah saya merasa sangat dipermudah dalam menjalani aktivitas berpuasa disini.

Ada satu pengalaman yang mengharukan bagi saya. Dikarenakan aktivitas yang sangat padat, saya tidak sempat mengambil makanan untuk sahur nanti. Saya sampai asrama pada pukul 8 sedangkan dining room sudah tutup satu jam yang lalu. Saya berencana memesan makanan secara daring, namun tiba tiba teman saya dari Ghana, Philemon, memberikan nasi beserta lauk khas Afrika untuk sahur nanti.

Selain itu juga, saya tergabung dalam Muslim Association Club di kampus. Anggota komunitas ini terdiri dari berbagai negara, seperti India, Pakistan, Jepang, Saudi Arabia, Indonesia, dan Turki. Minggu lalu kami mengadakan acara buka puasa bersama. Terdapat berbagai macam makanan khas India.

Sebagai pecinta nasi padang dengan kekayaan rempahnya, makanan India cukup mengobati rasa rindu saya. Saya menyantap nasi briyani dan samosa dengan rasa yang begitu lezat. Saya juga mencoba pani puri untuk pertama kalinya. Momen yang membuat saya terharu di acara ini adalah ketika saya mendengar kembali suara adzan yang dikumandangkan oleh teman saya dari India, Muhammad Adnan, setelah delapan bulan lamanya saya tidak mendengar adzan selama berkuliah disini.

Melalui Ramadan, saya merasakan kekompakan antar umat Muslim dari berbagai negara. Saya yakin pengalaman ini akan membekas dalam ingatan dan memperkaya pemahaman saya mengenai keberagaman dan toleransi antarbudaya.

Last Updated: Apr 5, 2024 @ 5:53 pm
WordPress Video Lightbox