işlek caddelere ve kafelerin olduğu kalabalık bir yere sikiş taşınmak isteyen genç çift bekar hayatı yaşadıkları porno huzurlu evlerinden daha sosyal imkanları olan bir porno izle mahalleye taşınmak isterler bu fikri sonrasında anal porno anında soyunmaya başlayan abla dediği kadını görünce yıllarca porno izle abla dememiş gibi onu tek celsede sikerek abla kardeş sex izle ilişkisine yüksek seks mahkemesinin kararıyla son brazzers verirler üvey kardeşlerin şehvetle sikiştiğini gören porno video mature ise boş durmaz ve onların bu eğlenceli ensest sikişmelerine kendisi konulu porno de dahil olur yine bir gün elinde poşetlerle eve gelir ders sex izle çalışmakta olan üvey oğluna yeni iç çamaşırlar aldığını bunları porno babasından önce ona göstermek istediğini söyler

Satu Etnis Berpuluh Aspirasi

Edisi, 9 Mei 2020

Buku penting yang secara komprehensif mengupas perjalanan panjang masyarakat keturunan Arab di Indonesia.

unnamed (1)

Satu Etnis Berpuluh Aspirasi

Idrus F. Shahab
wartawan senior

Jika kita bisa menutup mata terhadap sejumlah salah ketik dan editing yang agak kendur, buku Indonesia-Arab; Dalam Pergerakan Kemerdekaan menawarkan pengetahuan yang sangat berharga. Terus terang saja, di antara minimnya literatur dan penelitian tentang sejarah orang-orang yang bermigrasi dari sebuah sudut di barat daya Semenanjung Arabia ke kota-kota di pesisir Nusantara itu, buku ini suatu “kemewahan”.

Pertama, karya yang diangkat dari disertasi doktoral Husain Haikal ini telah mengisi kevakuman panjang yang ditinggalkan L.W.C van den Berg sejak bukunya, Le Hadhramout et les colonies Arabes dans I’archipel Indians, diterbitkan pemerintah kolonial Belanda pada 1886. Karya besar yang kemudian diringkas dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris ini tentu saja terlalu kaya jika dibandingkan dengan, misalnya, karya Islamolog Belanda terkenal dan kontroversial, Snouck Hurgronye.

Berbeda dengan Van den Berg, tokoh ini hanya meninggalkan beberapa buah artikel yang membahas masyarakat keturunan Arab di Indonesia. Kini, sekian lama vakum, edisi bahasa Indonesia karya klasik L.W.C van den Berg ini baru diterbitkan oleh Komunitas Bambu pada 2010.

Membaca Indonesia-Arab; Dalam Pergerakan Kemerdekaan, mungkin kita akan sampai pada satu kesimpulan jelas mengenai orang-orang Indonesia-Arab (terminologi yang–di samping istilah Hadrami-ternyata lebih mengena ketimbang Arab-Indonesia). Memang ada faktor Islam yang menyatukan kelompok etnis ini, tapi terlalu banyak faktor dan fakta sejarah yang membuat kita tampak bodoh jika menyimpulkan bahwa kelompok ini tak lebih dari sekumpulan orang yang berpandangan seragam alias monolitik. Lihat saja satu contoh. Perbedaan generasi antara kaum totok (wulaiti) dan kaum peranakan (muwalad) menunjukkan suatu keragaman atau polarisasi yang apa boleh buat tidak terhindarkan.

Regenerasi dari kaum wulaiti ke golongan muwalad memang tidak selalu mulus. Muwalad tidak begitu merasakan keterikatan emosional dengan Hadramaut, sedangkan wulaiti masih menyimpan nilai-nilai lama dari tanah leluhur. Dengan komprehensif dan kerincian yang menakjubkan, buku Indonesia-Arab; Dalam Pergerakan Kemerdekaan melukiskan betapa di antara arus pasang nasionalisme di Nusantara dan konflik internal yang diwariskan dari struktur sosial yang berlaku di Hadramaut pada akhir 1930-an hingga awal 1940-an, perbedaan ini kemudian menajam.

Pada puncaknya, enam tahun setelah Sumpah Pemuda 1928, A.R. Baswedan, seorang peranakan nasionalis yang banyak mendapat dukungan di antara kaum muwalad, menyelenggarakan kongres yang kemudian menimbulkan gelombang besar di kalangan masyarakat Hadrami. Di Semarang, pada 4 Oktober 1934, ia menjungkirbalikkan orientasi identitas: dari yang tadinya ke Hadramaut, Turki, Irak, atau Mesir, menjadi ke Indonesia semata.

Baswedan menyebut kejadian ini “Hari Kesadaran Indonesia-Arab”. Kalau sudah begini, bagi keturunan Arab, tak ada jalan selain meninggalkan kehidupan menyendiri, sekaligus siap memenuhi kewajiban terhadap tanah air dan bangsa Indonesia. Kejadian ini kemudian juga dikenal dengan nama Sumpah Pemuda Keturunan Arab.

Sampai di sini tampaklah bahwa A.R. Baswedan dan kawan-kawan satu generasinya secara sengaja dan simbolis telah melanggar kebijakan diskriminasi kolonial yang menggolongkan dan mengisolasi masyarakat Hindia Timur ini dalam tiga lapisan: Eropa, Timur Asing, dan Pribumi.

Keistimewaan kedua buku ini adalah kemampuannya menyerap detail kejadian pada periode yang menentukan itu, sehingga pembaca mendapat gambaran penuh tentang proses-ketimbang hasil akhir-yang telah mengantar perubahan dahsyat ini. Patut dicatat, adalah organisasi Perhimpunan Arab Indonesia (PAI) yang lantas berevolusi menjadi Partai Arab Indonesia yang memegang peran sentral dalam mengawal perubahan ini. Partai ini dibubarkan setelah Jepang masuk, namun memilih tidak bangkit lagi setelah Jepang kalah perang dan Indonesia merdeka. Menurut Baswedan, misi partai berakhir begitu Indonesia merdeka.

Sesuai dengan aspirasinya yang beragam, orang-orang keturunan Arab yang menjadi anggota Partai Arab Indonesia itu kemudian meleburkan diri, bergabung dengan partai-partai yang ada dalam percaturan politik Indonesia. Sebagian orang memilih PNI, sebagian lagi Masyumi, sebagian lagi PSI, bahkan PKI.

Satu hal lagi yang pantas mendudukkan buku ini sebagai “buku babon” untuk studi etnis keturunan Arab di Indonesia adalah: kendati membatasi penelitian pada periode 1900-1942, studi literatur yang dilakukan Prof Dr Husain Haikal, MA, ini benar-benar memperkaya cakrawala pengetahuan kita mengenai era sebelum-juga sesudahnya.

Ya, Husain Haikal sejarawan yang baik. Selain telah membuktikan diri sebagai seorang akademikus yang baik, sosok yang mendapat gelar doktor dari Universitas Indonesia ini merupakan seorang yang produktif. Ia menulis sejumlah buku sejarah, termasuk Bunga Rampai Sejarah, dan Studi Komparasi Sejarah Lisan dan Sejarah Konvensional. Penulis yang juga seorang guru besar di Universitas Negeri Yogyakarta ini meninggal pada 2017.

Walhasil, di antara menguatnya politik identitas serta pandangan yang mengandalkan generalisasi dan stereotyping yang mengabaikan keragaman dalam satu komunitas dewasa ini, Indonesia-Arab; Dalam Pergerakan Kemerdekaan ini menawarkan sesuatu yang tak hanya penting, tapi juga menyegarkan.


Indonesia-Arab; Dalam Pergerakan Kemerdekaan
Penulis : Husain Haikal
Penerbit : Forum, Grup Relasi Inti Media, 2019
Tebal : 632 halaman

 

Last Updated: Jun 18, 2020 @ 10:43 pm
WordPress Video Lightbox