işlek caddelere ve kafelerin olduğu kalabalık bir yere sikiş taşınmak isteyen genç çift bekar hayatı yaşadıkları porno huzurlu evlerinden daha sosyal imkanları olan bir porno izle mahalleye taşınmak isterler bu fikri sonrasında anal porno anında soyunmaya başlayan abla dediği kadını görünce yıllarca porno izle abla dememiş gibi onu tek celsede sikerek abla kardeş sex izle ilişkisine yüksek seks mahkemesinin kararıyla son brazzers verirler üvey kardeşlerin şehvetle sikiştiğini gören porno video mature ise boş durmaz ve onların bu eğlenceli ensest sikişmelerine kendisi konulu porno de dahil olur yine bir gün elinde poşetlerle eve gelir ders sex izle çalışmakta olan üvey oğluna yeni iç çamaşırlar aldığını bunları porno babasından önce ona göstermek istediğini söyler

Sekali Beroperasi, QPCR Dapat Periksa Ratusan Sampel

victoriaDr. Fima Anabuy sedang menjelaskan strategi pemeriksaan ini dalam pembukaan pelatihan bagi 16 laboran, Senin (15/6)

Sinta Tapobali

Quantitative Polymerase Chain Reaction (qPCR) merupakan suatu metode yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan swab test secara massal. Dengan qPCR, hasil swab yang akan diperiksa oleh para laboran dapat mencapai ratusan sampel swab.

Hal ini disampaikan Ketua Tim Pool Test Forum Academia NTT Fainmarinant Inabuy, Ph.D usai pembukaan kegiatan pelatihan Biomolekuler Pooled-Test atau Tes Massal Covid-19 bagi 16 laboran di Ruang Student Center, Politani Kupang, Senin (15/6) pagi.

Menurut Fima, pelatihan bertujuan untuk melatih 16 laboran muda untuk memilki kemampuan biomolekuler.

Fima menjelaskan materi yang akan diberikan mulai dari materi dasar seperti protokol umum biosafety lab, penggunaan alat dasar yaitu mikro pipet, protokol penanganan mikroorganisme pathogen, ekstraksi RNA dari virus hingga melakukan pooled test dengan qPCR. Namun, ia menegaskan, dalam pelatihan ini para laboran tidak meggunakan virus tetapi menggunakan bakteri lactobasilus yang terdapat pada makanan sehingga aman dalam pengerjaan di Laboratorium Politani Kupang.

“Intinya, para laboran ini belajar bagaimana menghandel suatu mikroorganisme, mengekstraksi RNA dari virus, belajar melakukan PCR dan qPCR,” jelasnya.

Ia mengaku para laboran ini memiliki kemampuan dasar untuk laboratorium, tetapi mereka perlu dilatih untuk lebih terbiasa dalam mengekstrak RNA dan running PCR.

“qPCR ini merupakan quantitatif Polymerase Chain Reaction. PCR sendiri merupakan reaksi berulang untuk mengkopi atau memperbanyak materi genetik suatu organisme dalam hal ini virus. Tetapi ketika berbicara qPCR maka tidak saja memperbanyak tetapi kita menghitung ada berapa jumlah RNA dari virus Covid-19. RNA sendiri adalah materi genetik virus. Kalau sampe terdeteksi ada materi genetik virus di PCR maka dikatakan bahwa orang itu memiliki penyakit Covid. Sehingga kemampuan dasar ini diperlukan untuk mendeteksi tes massal keseluruhan dari orang-orang dalam satu wilayah atau komunitas yang ingin kita ketahui, apakah bebas atau mereka sudah terdampak Covid,” jelas Fima.

Ia mengatakan pemeriksaan rapid test merupakan pemeriksaan general yang mana semua macam virus akan terdeteksi positif atau reaktif. Sementara PCR sendiri merupakan suatu standar yang paling tinggi untuk mendiagnosa orang karena sangat spesifik sehingga jika hasilnya keluar positif maka sudah pasti itu adalah virus Covid-19 bukan virus yang lain.

Untuk menghemat waktu dan reagen, maka dilakukan suatu uji yang sifatnya massal atau disebut qPCR sehingga sekali tes dapat mengcover lebih banyak orang atau lebih tepatnya melakukan pemeriksaan per wilayah untuk mengetahui wilayah mana saja yang sudah terinfeksi dan belum. Jika dari hasil diketahui bahwa dalam wilayah tersebut ada yang positif, maka akan disarankan agar wilayah tersebut diisolasi sehingga tidak ada lagi transmisi lokal yang terjadi dan pencegahan dilakukan sejak awal. Inilah inti dari dilakukan pooled test atau tes massal menggunakan qPCR.

“Langkah ini merupakan suatu bentuk upaya untuk membantu para tenaga medis dalam mendeteksi awal masyarakat yang sudah terkena Covid-19. Upaya ini juga untuk memberikan suatu masukan kepada pemerintah terkait daerah mana saja yang sudah bisa dilonggarkan dan daerah mana saja yang belum,” ungkap ahli biologi molekuler yang sudah menggeluti bidang ini selama 14 tahun lamanya.

Pelatihan ini akan ditujukan kepada 16 tenaga laboran muda yang telah memiliki latar belakang bekerja di laboratorium.

“Mereka telah memiliki dasar bekerja sebagai laboran tetapi mereka hanya perlu di latih lagi untuk dapat bekerja terutama dalam mengoperasikan qPCR. Sebagian dari mereka pernah menggunaka PCR dan sebagiannya belum. Mereka punya dasar tetapi mereka hanya perlu di latih lagi,” jelas Fima.

Menurut Fima, usai pelatiha, 10 orang tenaga laboran akan ditempatkan di laboratoriun sedangkan 6 lainnya akan ditempatkan menjadi tenaga lapangan yang bertugas untuk mengambil sampel swab setiap masyarakat secara door to door dalam suatu wilayah tertentu.

Ini merupakan langkah awal dan suatu terobosan baru yang ia lakukan bersama para anggotan tim lainnya di FAN.

Baginya, untuk memulai semua ini butuh proses yang tidak mudah namun ia bersama tim tetap tekun dan terus berjuang untuk membuat suatu terobosan baru demi kesehatan masyarakat NTT khususnya.

Meski, menurutnya test massal atau qPCR Pooled Test ini sangat terbatas alatnya namun baginya lebih baik mencoba dengan segala keterbatasan yang ada dari pada tidak sama sekali.

“Kita bergerak dari kekurangan alat bukan kelebihan alat. Tetapi, bukan berarti kita tidak bergerak. Ini permulaan agar kita bisa bersama-sama mengatasi masalah dari hulu baru ke hilir. Artinya kita selesaikan dari masyarakat dulu, jika kita temukan baru kita bawa ke hilir atau rumah sakit. Jangan semuanya langsung ke hilir karena saya yakin kita di NTT masih sangat terbatas baik tenaga dokter spesialisnya maupun alat-alatnya,” ungkapnya.

Usai pelatihan, kata Fima, Forum Academia NTT (FAN) akan melakukan pilot project dengan metode ini di Kota Kupang dan berharap hal serupa akan dilakukan juga di kabupaten/kota lainnya yang tingkat penyebaran Covid-19 tinggi.

Ia meminta kerjasama dan dukungan semua pihak untuk membantu agar riset ini dapat sukses dan mencapai apa yang diharapkan.

“Kami di sini menyediakan software-nya untuk digunakan dan mesin utamanya ada di pemerintah. Pada akhirnya ini akan menjadi milik pemerintah karena kita tidak berhenti di Covid. Semua yang kami bangun termasuk pelatihan para laboran akhirnya akan berguna bagi NTT ke depannya,” tegasnya.

Untuk memulai semua ini, FAN berharap secepatnya dapat memperoleh sebuah ruangan bertekanan negatif yang merupakan sebuah ruangan standar ketika berurusan dengan virus.

“Ini sedang kami upayakan sejak awal Mei, belum ada realisasi tetapi paling tidak ada dukungan ke arah sana dari Klinik Pratama Undana yang merupakan hasil kesepakatan antara Dinas Kesehatan NTT dan Undana. Namun, bukan hanya ruangan saja tetapi perlu diinstal supaya ada tekanan negatif yang nantinya dapat melindungi pekerja supaya tidak terpapar virus ini. Tanpa itu siap kita tidak dapat mulai. Secara SDM kami siapkan, alat sudah ada, begitu lab siap maka kami sudah bisa mulai,” tambahnya.

Sementara Moderator FAN Dominggus Elcid Li berharap qPCR pooled test atau tes massal Covid-19 bisa dilakukan di kota-kota besar dan jika alat ini tercukupi maka pemeriksaan ini dapat dilakukan hingga tingkat desa dalam waktu yang cepat.

Ia juga berharap dengan Pooled Test qPCR, NTT dapat menemukan jalan keluar untuk Indonesia, terutama berhadapan dengan persoalan health security.

“Keinginan saya ketika mengadaptasi kebiasaan baru, NTT sudah punya peralatan yang mengantisipasi kemungkinan terjadinya out break dan test swab massal adalah salah satu jalan keluar karena pemulihan di sektor ekonomi akan lebih cepat apabila kesehatan diperhatikan karena kalau tidak maka masyarakat tidak akan percaya diri,” paparnya. (bev/ol)

Last Updated: Jul 31, 2022 @ 8:39 pm
WordPress Video Lightbox