Suka Duka Ramadan di Amerika

SEDERHANA: Buka bersama mahasiswa Indonesia di Florida State University pada Ramadan 1442 hijriah. FOTO: DOKUMEN PRIBADI

Nama saya Elok Suci Wulandari, mahasiswa S-2 di Florida State University, Florida. Saya datang ke Florida pada akhir tahun 2020 lalu untuk belajar tentang meteorologi. Saya berasal dari Tarakan, Kalimantan Utara (Kaltara).

Amerika adalah perjalanan terjauh dan terlama yang pernah saya tempuh selama hidup saya. Saya berangkat ke Amerika bersama rombongan teman-teman sesama penerima beasiswa fulbright, sekira 10 orang pada saat itu. Tahun ini adalah pengalaman pertama saya berpuasa di tempat yang sangat asing dan merasakan seperti apa hidup sebagai minoritas disebuah negara.

Melewatkan momen Ramadan atau bahkan Idulfitri bersama keluarga karena tidak bisa pulang ke kampung halaman adalah hal yang biasa bagi saya sebagai anak rantau. Bahkan tetap berangkat bekerja pada hari Idulfitri adalah hal yang lumrah di lingkungan kerja saya. Tapi Ramadan tahun ini terasa sangat spesial dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, karena sekarang saya menjalaninya di tanah rantau Amerika.

Di tempat saya belajar, tepatnya di Kota Tallahasse, negara bagian Florida memiliki lama waktu berpuasa yang tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Kami berpuasa selama kurang lebih 14 jam, fajar pada pukul 05.48 pagi dan magrib pada pukul 20.14 malam.

Sejauh yang saya tahu, Tallahassee telah memiliki dua masjid yang telah berdiri hingga saat ini, alhamdulillah. Namun karena kondisi pandemi Covid-19 membuat satu masjid ditutup untuk kegiatan ibadah bersama.

Untuk berbuka puasa dan sahur, saya biasanya membeli bahan makanan di swalayan terdekat seperti Publix atau Walmart. Namun untuk protein, saya hanya berani membelinya di toko halal, satu-satunya di kota ini. Sedikitnya muslim di kota ini menyebabkan sangat susah untuk menemukan restoran bertanda halal. Satu-satunya menu aman saat ingin makan di restoran adalah dengan memilih vegetarian food atau seafood.

Hidup sebagai minoritas di sebuah negara pada saat pandemi membuat saya merasa kesepian walaupun punya teman sesama muslim dalam satu rumah. Semua kegiatan belajar yang masih dilakukan secara daring membuat saya sedikit kesusahan untuk bersosialisasi dengan teman-teman. Alhamdulillah, beberapa hari sebelum Ramadan saya bertemu muslim lain, Shaima dari Aljazair saat sedang berbelanja. Kemudian hari-hari selanjutnya Allah mulai mempertemukan saya dengan banyak muslim dari berbagai negara seperti Mesir dan Singapura dalam banyak kesempatan tak terduga.

Kami kemudian mulai saling mengundang untuk berbuka bersama, saling berbagi makanan khas daerah masing-masing, dan saling berbagi kisah hidup sebagai muslim di Amerika.

Saya juga berkesempatan berbuka puasa bersama dengan rekan-rekan mahasiswa Indonesia di Florida State University.

Mahasiswa Indonesia di sini hanya berjumlah lima orang dan ini adalah pertama kalinya kami berkumpul secara lengkap. Dengan kemampuan memasak yang pas-pasan dan berbekal bumbu instan dari Indonesia jadilah soto ayam, tempe orek, dan berbagai menu nusantara lainnya. Kami juga berkesempatan mencoba chicken shawarma yang sangat nikmat yang dibuat oleh teman kami dari Aljazair. Chicken shawarma berbentuk seperti kebab,  diisi dengan ayam dan salad di dalamnya. Kegiatan ini sangat menyenangkan dan harus diulang dengan lebih banyak teman internasional lainnya.  Kegiatan makan bersama memang selalu menjadi cara yang ampuh untuk bisa mencairkan suasana dan mendekatkan silaturahmi.

Menjalani ibadah puasa bersama teman-teman muslim dari banyak negara membuat saya sangat bersyukur atas keberagaman budaya yang kami miliki. Mencoba berbagi menu dan berbagi cerita bersama membuat hati saya kembali terasa hangat. Walaupun terkadang masih suka kangen jajanan takjil di pinggir jalan seperti jalangkote, gorengan dan berbagai macam es khas Kota Tarakan. Tapi sekarang saya tidak lagi merasa sendiri di negara ini, saya mempunyai saudara-saudara muslim yang saling menguatkan dan mengingatkan. Tidak sabar rasanya untuk bisa merasakan tarawih bersama di masjid di Ramadan berikutnya. (*/penulis merupakan mahasiswa S2 penerima beasiswa Fulbright Master Program di Florida State University/staf BMKG di Tarakan, Kalimantan Utara/lim)

Last Updated: Mar 31, 2024 @ 7:58 pm
WordPress Video Lightbox