işlek caddelere ve kafelerin olduğu kalabalık bir yere sikiş taşınmak isteyen genç çift bekar hayatı yaşadıkları porno huzurlu evlerinden daha sosyal imkanları olan bir porno izle mahalleye taşınmak isterler bu fikri sonrasında anal porno anında soyunmaya başlayan abla dediği kadını görünce yıllarca porno izle abla dememiş gibi onu tek celsede sikerek abla kardeş sex izle ilişkisine yüksek seks mahkemesinin kararıyla son brazzers verirler üvey kardeşlerin şehvetle sikiştiğini gören porno video mature ise boş durmaz ve onların bu eğlenceli ensest sikişmelerine kendisi konulu porno de dahil olur yine bir gün elinde poşetlerle eve gelir ders sex izle çalışmakta olan üvey oğluna yeni iç çamaşırlar aldığını bunları porno babasından önce ona göstermek istediğini söyler

Suka Duka Menjalani Ramadan di Amerika Serikat, Menu Gulai hingga Siomai, Slot Salat Tarawih di Masjid Penuh

Tiara Ratnaning Pamungkas

PROKAL.CO,

Waktu berpuasa di Michigan sekitar 15-16 jam dengan kisaran suhu sekitar 3-18 derajat Celsius. Lebih lama daripada di Indonesia, tetapi suhu dingin membuat tidak begitu terasa.

Oleh: Tiara Ratnaning Pamungkas, Michigan

PUASA di Amerika Serikat membuat Ramadan tahun ini sangat berbeda dengan pengalaman saya di Balikpapan. Sejak Agustus 2020, saya menerima beasiswa Fulbright dari pemerintah Amerika Serikat untuk melanjutkan studi master di University of Michigan, Ann Arbor, Michigan. Karena pandemi Covid-19, saya baru tiba di Amerika Serikat pada Januari 2021 dan telah menetap kurang lebih selama empat bulan.

Saat ini saya tinggal di apartemen dekat dengan kampus. Bersama dua teman berkewarganegaraan India. Ibadah puasa Ramadan bukan hal yang biasa, baik di India maupun Amerika, sehingga sebelum memasuki Ramadan, saya menjelaskan kepada kedua teman saya mengenai ibadah puasa yang akan saya jalankan. Saya menjelaskan bahwa selama berpuasa, saya tidak makan dan minum dari matahari terbit hingga matahari tenggelam. Selain itu, saya juga menjelaskan bahwa saya akan makan saat dini hari (sahur).

Pengalaman Ramadan di Amerika Serikat penuh dengan suka-duka. Pertama, saya sangat terkejut dan tersentuh dengan dukungan yang diberikan oleh teman apartemen saya selama berpuasa. Di hari pertama menjalankan puasa, mereka memberikan sebuah paket makanan berbuka puasa, lengkap dengan sebuah catatan manis di tas pembungkusnya: “Breaking fast kit, you can do it, Tiara!” Selain itu, meski saya tidak memintanya, mereka dengan senang hati untuk tidak makan dan minum di area bersama. Seperti dapur dan ruang makan selama saya berpuasa.

Saya juga berusaha untuk tidak menimbulkan kegaduhan. Pada saat menggunakan dapur dan ruang makan untuk sahur. Agar tidak mengganggu teman saya yang beristirahat. Dari dukungan tulus kedua teman saya, saya belajar bahwa toleransi dalam beragama adalah hal yang sangat penting untuk menciptakan harmoni di lingkungan dengan keragaman yang tinggi. Kedua, meskipun Ramadan tahun ini bersamaan dengan ujian akhir semester, pihak kampus memperbolehkan mahasiswa untuk memilih waktu ujian yang dilakukan secara daring.

Hal ini sangat mengakomodasi kebutuhan mahasiswa yang sedang berpuasa. Jadi, ujian tersebut dapat dilakukan sebelum atau sesudah waktu berbuka puasa. Ketiga, meski waktu berpuasa di Amerika Serikat lebih lama daripada di Indonesia, tetapi tidak begitu terasa. Sebab, suhu di Michigan yang dingin. Ramadan tahun ini jatuh pada awal musim semi, sehingga waktu berpuasa sekitar 15-16 jam dengan kisaran suhu sekitar 3-18 derajat Celsius.

Saat saya berpuasa di Balikpapan, meskipun waktu berpuasa lebih singkat, hawa yang sangat panas mencapai 30-33 derajat Celcius setiap harinya. Menjadikan saya lebih mudah lelah.

Keempat, meski apartemen saya hanya berjarak sekitar 120 meter dari sebuah masjid bernama Islamic Center of Ann Arbor, kegiatan buka puasa bersama tidak dapat dilakukan saat ini. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Disebabkan pandemi Covid-19. Masjid Islamic Center membuka kesempatan untuk salat Tarawih berjamaah dengan reservasi terbatas dan protokol kesehatan ketat.

Seperti memakai masker dan menjaga jarak minimal 2 meter. Sayangnya, saya belum mendapatkan kesempatan untuk mengikuti salat berjamaah di Masjid Islamic Center. Sebab, 38 slot untuk muslimah telah terisi sampai akhir Ramadan. Untungnya, Masjid Islamic Center melaksanakan program pengajian secara virtual. Antara lain khotbah singkat yang dilaksanakan setiap hari selama 15 menit menjelang Isya yang dapat diakses melalui akun Facebook Masjid Islamic Center.

Kelima, bahan-bahan makanan untuk memasak masakan Indonesia cukup mudah didapatkan di Asian market dan international store yang hanya berjarak 2 km dari apartemen. Saat makan sahur dan berbuka puasa, saya biasanya memasak masakan Indonesia. Di antaranya, gulai ayam, siomai, atau teri kacang. Sahur dan berbuka dengan masakan Indonesia membuat saya lebih semangat dalam menjalani 15 jam puasa. Makanan halal juga cukup mudah ditemukan di beberapa restoran yang khusus menyajikan makanan halal.

Seperti Ahmo’s, Cardamom atau Madras Masala Restaurant. Saat ini banyak restoran yang sudah mulai membuka layanan makan di tempat. Tetapi saya lebih nyaman untuk menggunakan pesan antar atau bawa pulang untuk menghindari penularan Covid-19.

Keenam, meskipun saya tidak mengenal banyak teman saat pertama kali sampai di Michigan, Perkumpulan Mahasiswa Indonesia (Permias) di Michigan membuat saya merasa seperti memiliki keluarga baru di Amerika Serikat.

Vaksin Covid-19 sudah mulai diberikan kepada masyarakat umum berusia di atas 16 tahun sejak awal April lalu. Jadi, kami sudah diperbolehkan untuk membuat acara kecil di luar ruangan dengan menerapkan protokol kesehatan. Sebelum Ramadan dimulai, Permias Michigan mengadakan potluck. Di mana semua mahasiswa dan keluarga yang datang diharuskan untuk menjalani tes Covid-19 yang dapat dilakukan secara gratis di kampus.

Menu potluck terdiri atas berbagai macam makanan Indonesia. Di antaranya, siomai, martabak manis dan tahu aci. Meskipun tidak semeriah pasar Ramadan yang ada di Indonesia, potluck ini memberikan suasana pra-Ramadan yang cukup hangat bagi kami.

Pengalaman berpuasa di Amerika Serikat sangat mengesankan bagi saya. Meskipun saya tetap melaksanakan kuliah, tetapi karena dilakukan secara daring, saya tidak mudah lelah saat menjalankan ibadah puasa.

Saya juga biasa ngabuburit dengan berjalan-jalan di taman sekitar apartemen untuk mengisi waktu luang sambil menunggu waktu berbuka puasa. Ramadan tahun ini mengajarkan kepada saya bahwa toleransi beragama adalah hal yang penting untuk menciptakan keharmonisan di lingkungan dengan keragaman yang tinggi. Saya juga belajar bahwa dalam berbagai keterbatasan selama pandemi Covid-19, selalu ada jalan untuk tetap memberikan usaha terbaik untuk memberikan hasil yang maksimal. Saya berharap, Ramadan tahun depan saya dapat melaksanakan buka puasa bersama, salat Tarawih berjamaah di masjid Islamic Center Ann Arbor dan bersilaturahmi dengan teman-teman muslim dari berbagai negara. (riz/k16)

Penulis adalah mahasiswa asal Balikpapan (penerima Beasiswa Fulbright Master’s Degree Program), yang saat ini kuliah S-2 di University of Michigan, Ann Arbor.

Last Updated: Jul 29, 2022 @ 3:41 pm
WordPress Video Lightbox