Imam Besar Istiqlal Resmikan Lembaga Survei Nasaruddin Umar Office. (Liputan6.com/Nanda Perdana Putra)
Liputan6.com, Jakarta – Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar meresmikan sebuah lembaga survei Nasaruddin Umar Office (NUO). Bertempat di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, acara tersebut mendapat banyak apresiasi dari para pejabat negara.
Pantauan Liputan6.com, Sabtu (26/1/2019), sejumlah karangan bunga berjajar di sekitaran kantor tersebut. Di antaranya dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Menpora Imam Nahrawi, Mendag Enggartiasto Lukita, Menteri BUMN Rini Soemarno dan sejumlah pejabat Kemenag hingga Kepolisian.
Nasaruddin Umar yang merupakan Direktur NUO menyampaikan, lembaga yang didirikannya bersama sejumlah rekan lainnya adalah instansi survei independen yang juga membawahi sejumlah lembaga.
“Ini hari yang bersejarah buat kami karena sudah lama lembaga-lembaga ini ada tapi nggak ada covernya. Kami juga bergerak di bawah tanah. Kami tidak pernah dipopulerkan, dipublikasikan, yang penting hasil temuan kita berikan kepada pihak terkait, itu lebih bagus,” tutur Nasaruddin di Kantor NUO, Jalan Gaharu I, Cilandak, Jakarta Selatan.
Menurut Nasaruddin, NUO bekerjasama dengan sejumlah instansi pemerintahan dalam rangka melakukan pemantauan kondisi sosial yang terjadi di Indonesia.
Seperti meneliti radikalisme kemudian dikoordinasikan dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPT) dan soal SDM ulama disampaikan ke Kementerian Agama (Kemenag).
“Yang menjadi konsen NUO ini yang kedalamannya nanti kita akan masuk ke setiap materi pengajaran di tempat ini. Kami tidak pernah publikasi. Ini sebuah lembaga survei, kami tidak mempublikasi, meski kami yakin marginnya tepat dan kecil sekali. Hemat saya, ini bukan lembaga populis tapi kami ingin berkontribusi bagi bangsa ini, tapi tidak melulu harus publikasi,” jelas dia.
Terinspirasi Obama
Nama NUO sendiri terinspirasi dari Obama Office. Nasaruddin berharap, lembaganya dapat menjadi salah satu instansi yang bisa menjawab kegelisahan masyarakat.
Termasuk meneliti berbagai hal mulai dari radikalisme, kesetaraan gender dan perempuan, kerukunan sosial hingga toleransi beragama.
“Kita memberikan survei-survei yang sangat sensitif, tapi kami melakukan yang bisa memberi jalan keluar, solusi. Kami tidak ingin mempublikasikan survei secara terbuka karena ada banyak lembaga survei yang malah menambah keresahan masyarakat,” ujarnya.
“Yang berbeda dari teman-teman kami, banyak survei yang menakutkan. Ada yang bilang Indonesia akan menjadi negara Taliban banget ya. Tapi kami menemukan bahwa Indonesia tidak akan didominasi oleh garis keras,” Nasaruddin menandaskan.
© 2024 AMINEF. All Rights Reserved.