Yenni Rosana: Be open minded and confident saat interview process di Fulbright menjadi salah satu kunci keberhasilan.

Yenni Rosana adalah penerima beasiswa DIKTI-funded Fulbright Grants for Indonesian Lecturers – PhD, bidang studi Political Science di University of Cincinnati tahun keberangkatan 2020.

Artikel ini awalnya muncul di phdmamaindonesia.com tanggal 09 Juli 2022.

Masih di tema beasiswa Fulbright, kali ini tim PhD Mama Indonesia berkenalan dengan Yenni Rosana sebagai narasumber kami, dan saat ini sedang menempuh studi S3 di University of Cincinnati, Ohio, United States dengan jurusan International and Public Affairs (Konsentrasi di Feminist Comparative and International Relation). Pada kesempatan ini, ibu dua anak ini akan mengupas tuntas tahapan kedua dari seleksi beasiswa Fulbright sekaligus strategi membuat study objective essay yang memukau.

Bagi Yenni Rosana, perjalanan menempuh beasiswa adalah perjalanan yang penuh cerita. Setiap tahapan memiliki kesan dan pesan akan perjuangan yang menyenangkan untuk dibagikan. Karena itu, Yenni Rosana senang berbagi pengalaman melalui Youtube channelnya, yang kebanyakan video-videonya adalah koleksi pribadi sebagai seorang PhD mama dan juga diskusi dengan teman-temannya yang sedang menjalankan studi mereka di Amerika

Sebelumnya Yenni Rosana menempuh S2 di Victoria University, Master of Arts in International Community Development’s dengan beasiswa Australia Awards Scholarships (AAS). Pada saat berencana melanjutkan studi S3, ia kembali mendaftar beasiswa serupa namun harus terhenti di tahap interview. Tetapi saat satu pintu tertutup, berarti ada pintu yang lain yang mungkin bisa menjadi pilihan. Disarankan oleh mantan supervisornya, Ketika menempuh S2, Richard Chauvel. Menurut Yenni, mantan supervisornya itu mungkin bersimpati Ketika Yenni menyampaikan tidak lulus beasiswa AAS, dan ingin menyemangatinya untuk tetap tidak berhenti mencoba. Supervisornya menyarankan Yenni untuk apply Fulbright, yang awalnya Yenni tidak begitu percaya diri karena tahu setiap tahunnya beasiswa AAS memberikan jauh lebih banyak beasiswa kepada calon mahasiswa dari Indonesia. Tetapi Yenni tetap semangat, dengan support dari keluarga dan teman-teman, akhirnya Yenni pun mencoba mendaftar beasiswa Fulbright untuk yang pertama kalinya pada tahun 2019. Surprisingly, sekali mendaftar langsung berjodoh dengan beasiswa Fulbright.

Beasiswa Fulbright adalah beasiswa dari lembaga American Indonesian Exchange Foundation (AMINEF) yang ditujukan untuk warga Internasional yang ingin melanjutkan pendidikan master dan PhD di Amerika Serikat. Untuk info lebih lengkapnya silahkan dapat mengunjungi website www.aminef.or.id.

Salah satu komponen penting dalam mendaftar beasiswa Fulbright adalah Study Objective, Yenni Rosana menjelaskan bahwa Study Objective adalah tulisan tentang tujuan mengajukan aplikasi beasiswa secara detail dan personal. Study Objective menceritakan kondisi saat ini (present conditions) dan kondisi masa depan (future plans). Secara terus terang Yenni Rosana berbagi tips untuk menuliskan Study Objective dengan satu halaman saja.

Ia menjelaskan bahwa Paragraf 1 adalah perkenalan atau pembuka, yaitu menceritakan tentang alasan memilih negara tujuan, “why the US?”. Ia memberikan tips agar menuliskan alasan secara ilmiah seperti di US terdapat fasilitas belajar yang lengkap, akses perpustakaan yang luas, penelitian yang banyak dan pengajar kelas dunia.

Selanjutnya adalah Paragraf 2. Yenni Rosana menyarankan untuk menulis paragraf 2 yaitu mendeskripsikan tentang alasan melanjutkan studi, “why do you want to continue your study?”. Ia memberikan contoh, seperti misalnya untuk mengasah kemampuan, meningkatkan kapasitas dan career development. Pada paragraf 2 ini juga dijelaskan tentang field of study yang dipilih. Ia menceritakan bahwa Jurusan di US itu spesifik sehingga dapat dihubungkan dengan pekerjaan saat ini. Dan sebagai penutup untuk paragraf 2 bisa dengan menuliskan masalah yang saat ini sedang dihadapi terkait dengan perlunya research yang akan kita jalani, jangan lupa menjelaskan alas an mengapa penelitian yang akan dilakukan sangat penting.

Terakhir adalah paragraph 3 yang merupakan penutup. Pada paragraph ini Yenni Rosana menyarankan agar menutup Study Objective dengan tulisan yang membuat dampak besar tentang apa yang akan dilakukan setelah selesai studi, seperti misalnya yang berkaitan dengan pekerjaan, instansi, komunitas dan lebih luas lagi. Ia juga, menyampaikan bahwa ide untuk menulis Study Objective bisa di dapat dari melihat contoh-contoh di internet atau berdiskusi dengan teman yang telah pernah lulus beasiswa Fulbright, Tetapi yang paling penting ide itu adalah yang berasal dari pengalaman pribadi.

Setelah lolos di tahap seleksi berkas, maka saat mendebarkan pun datang. Yenni berhasil melaju ke tahap Interview yang akan dilangsungkan di Jakarta. Wanita asal Aceh ini, menerangkan bahwa pihak Aminef sangat cooperative dan mudah dalam melakukan komunikasi. Apa yang menjadi kendala mereka akan dengan mudah mencarikan alternatif solusi yang terbaik. Salah satunya adalah saat jadwal interview dan penerbangan ke kota asal tidak sesuai, Aminef juga memberikan solusi dengan memfasiltasi menginap di hotel dan kemudian dapat melanjutkan perjalanan kembali di keesokan harinya. “Jangan khawatir, seluruh biaya akomodasi-transportasi ditanggung sepenuhnya oleh Aminef.” tambah Yenni.

Adapun durasi interview juga standard sesuai dengan yang tertera di e-mail undangan, “Yaa sekitar 30 menit sampai 45 menit saja.” pungkasnya. Saat ini juga banyak sekali informasi berupa webinar tips persiapan interview beasiswa dan lain sebagainya. Di era sebelum Pandemic, Yenni hanya mengandalkan informasi dari koleganya yang terlebih dulu lolos beasiswa Fulbright dan juga mencari berbagai informasi dari internet tentunya. Pada saat wawancara, Yenni membawa segala macam berkas yang diperlukan termasuk print out bukti sudah melakukan korespondensi dengan calon supervisor. “Awalnya print out itu tidak diminta, tapi saya bawa saja buat bukti jika nanti ditanya, dan beneran ditanya lho sama interviewernya.” terangnya dengan antusias. Karena hal tersebut adalah bukti bahwa kita telah bersungguh – sungguh ingin sekolah di universitas yang menjadi incaran kita tersebut.

Selain itu saat proses interview jadilah diri sendiri. Calon awardee akan ditanya keseriusan serta pemahamannya terkait study objective dan research proposal yang ditulisanya. “Oya satu lagi, be open minded ya saat interview. Apalagi jika interviewer memberikan saran dan masukan.” terang wanita yang peduli dengan kesetaraan gender ini. Bahkan, tambahnya, masukan yang didapat dari salah satu interviewer tersebut memang make senses dan berguna di riset kedepannya nanti. Lantas bila AMINEF nanti memberikan saran terkait universitas tujuan, kita juga sebaiknya tidak perlu sampai keukeuh harus di kampus yang kita mau, karena mereka punya bank data universitas sekaligus program study unggulan yang ditawarkan di seluruh kampus di negeri Paman Sam itu.

Bahkan untuk pertanyaan pamungkas terkait urusan anak, Yenni tidak terlalu khawatir saat menjawab pertanyaan tersebut. Karena saat study S2, ia sudah berpengalaman membawa anak sulungnya yang kala itu berusia 6th dan saat mau S3 ini anak keduanya baru berusia 6th juga. Sehingga mereka semua diharapkan tidak akan menjadi hambatan untuk proses belajarnya nanti di University of Cincinnati.

Sebagai penutup obrolan, Yenni Rosana memberikan pesan semangat untuk seluruh adik-adik di Indonesia yang sedang berjuang dalam mendapatkan beasiswa agar tetap semangat dan pantang menyerah.

“Pokoknya terus semangat buat ibu – ibu diluar sana yang ingin melanjutkan study S3 diluar negeri. Jangan pernah menyerah ketika gagal di salah satu proses beasiswa, percayalah Allah akan menyiapkan yang jauh lebih baik. Terkhusus dalam menuliskan Study Objective, Study Objective adalah tulisan yang sangat personal sehingga yang paling memahami isi adalah diri sendiri.” terangnya menutup sesi interview kami.

Last Updated: Mar 30, 2024 @ 10:51 pm
WordPress Video Lightbox