Merayakan Thanksgiving di Amerika

Mursidin, Mahasiswa S2 Jurusan Manajemen Perhotelan dan Pariwisata di University of New Orleans tahun 2019.

Artikel ini awalnya muncul di makassar.tribunnews.com tanggal 27 November 2020.

mursidin-tengah-berfoto-bersama-bapak-dan-ibu-kosMursidin (tengah) berfoto bersama ‘bapak dan ibu kos’ dalam perayaan Thanksgiving keluarga di New Orleans 

Saya Mursidin, Peserta beasiswa Fulbright Master’s Degree asal Polewali Mandar.

Alhamdulillah, di tahun 2019 saya menjadi satu satunya wakil Sulawesi peraih Beasiswa Fulbright Master’s Degree di Amerika Serikat dengan Jurusan Master of Hospitality and Tourism Management di University of New Orleans (UNO), Negara bagian Louisiana, AS.

Setelah tinggal selama 1,5 tahun di New Orleans, untuk pertama kalinya ikut dalam perayaan Thanksgiving dengan keluarga setempat.

Tahun lalu saya hanya memanfaatkan hari libur Thanksgiving bersama rekan-rekan mahasiswa internasional lainnya di University of New Orleans, tempat saya menimba ilmu.

Beberapa hari sebelumnya mendapatkan undangan dari ‘Bapak kos’ dan keluarganya untuk merayakan Thanksgiving tanggal 26 November.

Sejarah Perayaan thanksgiving yang sudah berlangsung sejak abad XVI ini mempunyai banyak versi kapan dan kenapa perayaan ini dimulai, salah satu versi sejarahnya ialah saat sebuah kapal dari Inggris di tahun 1620 yang mengangkut sekitar 100 penumpang yang berhijrah untuk mencari penghidupan yang lebih baik mendarat di Amerika.

Di musim panen pertama mereka bertani, mereka merayakan hasil panen bersama penduduk lokal.

Beberapa puluh tahun selanjutnya, hari Thanksgiving terus dirayakan dan menjadi tradisi sebagai ungkapan rasa syukur.

Saat ini Thanksgiving identik dengan tradisi pulang kampung untuk berkumpul bersama keluarga dengan hidangan ayam kalkun jumbo, disertai dengan pumpkin pie sebagai makanan.

Setiap tamu juga membawa makanan khas masing masing untuk dimakan bersama. Saya pun tidak ketinggalan membawa nasi goreng seafood dan jalangkote, Penganan seperti pastel khas Sulawesi.

‘Ibu kos’ sedang mengambil berbagai makanan yang dihidangkan

Menurut mereka, perayaan kali ini jauh lebih kecil, tahun lalu kurang lebih 70 orang berkumpul, sanak keluarga dan teman.

Meski hanya berdelapan, perayaan tahun ini jauh lebih khidmat.

Mereka sangat bersyukur masih dapat berkumpul dengan keluarga dalam keadaan sehat mengingat pandemi Covid-19 yang begitu masif di tempat ini.

Bahkan dua dari empat tamu, ada yang baru saja beberapa pekan dinyatakan sembuh dari Covid-19.

Pandemi Covid jugadiperburuk dengan badai besar beberapa pekan yang lalu yang menghantam kota ini, dan tahun ini merupakan rekor terbanyak badai dalam setahun.

Suasana santap siang Thanksgiving kami Setelah menyantap makanan yang tersedia, kami melanjutkan dengan perbincangan santai mengenai hal hal yang luar biasa yang terjadi di tahun 2020 ini, termasuk mengenai politik di Amerika.

Bapak kos saya merasa bahwa saya adalah bagian dari keluarga, dia pernah mengatakan hal tersebut.

Sejak saya tinggal di apartment minimalis miliknya 1,5 tahun lalu, kami cukup akrab.

Kami sering meluangkan waktu bersama, seperti bergotong royong membersihkan pohon tumbang sisa badai, membuat tangga, dan berkebun bersama.

Beliaupun banyak membantu saya dalam banyak hal.

Setelah makan siang dan berbincang, kami, para lelaki menuju lapangan bola tidak jauh dari
rumah ini.

Disana beberapa sahabat dan keluarga Bapak kos sudah menanti untuk pertandingan Thanksgiving Football.

Pertandingan yang sudah menjadi tradisi di Amerika sejak 1946 ini pada dasarnya adalah American Football yang sedikit dimodifikasi, tanpa pengaman pundak dan helm.

Persiapan sebelum bermain Thanksgiving Football

Dalam beberapa hari lagi saya akan menyelesaikan program beasiswa Fulbright ini.

PerayaanThanksgiving yang sederhana ini sangat berkesan bagi saya, karena selain merayakan Thanksgiving yang penuh dengan kekeluargaan, makan siang ini juga merupakan makan siang perpisahan saya dan keluarga ini.

Last Updated: Mar 30, 2024 @ 11:45 pm
WordPress Video Lightbox