işlek caddelere ve kafelerin olduğu kalabalık bir yere sikiş taşınmak isteyen genç çift bekar hayatı yaşadıkları porno huzurlu evlerinden daha sosyal imkanları olan bir porno izle mahalleye taşınmak isterler bu fikri sonrasında anal porno anında soyunmaya başlayan abla dediği kadını görünce yıllarca porno izle abla dememiş gibi onu tek celsede sikerek abla kardeş sex izle ilişkisine yüksek seks mahkemesinin kararıyla son brazzers verirler üvey kardeşlerin şehvetle sikiştiğini gören porno video mature ise boş durmaz ve onların bu eğlenceli ensest sikişmelerine kendisi konulu porno de dahil olur yine bir gün elinde poşetlerle eve gelir ders sex izle çalışmakta olan üvey oğluna yeni iç çamaşırlar aldığını bunları porno babasından önce ona göstermek istediğini söyler

Meski Sampai 16 Jam, Puasa Tak Terasa karena Dingin

F-BOKS-4-768x355

PUASA DI AS: Risa Haridza berfoto di depan Masjid Omar Ibn El Khattab, Columbus, Ohio, yang sedang tutup akibat pandemi COVID-19. Foto diambil 7 Mei 2020, setelah pemerintah negara bagian Ohio mengumumkan  keadaan darurat atau “state of emergency” tanggal 9 Maret 2020.

Suka Duka Puasa Ramadan di Amerika Serikat

Ramadan tahun ini sangat berbeda dengan yang biasanya kami sekeluarga jalani di Pontianak,  Kalbar. Saat ini saya dan keluarga sedang berada di Amerika Serikat. Saya mendapatkan beasiswa Fulbright dari Pemerintah Amerika sejak 2019 untuk melanjutkan studi doktoral di Ohio State University, Columbus, Ohio.

RISA HARIDZA, Columbus

SAYA tiba di Amerika Serikat pada Juli 2019 dan telah menetap kurang lebih selama 10 bulan. Meskipun ini bukan yang pertama kalinya bagi saya menuntut ilmu di Amerika Serikat, tetapi ini adalah pengalaman pertama saya berpuasa di Negeri Paman Sam. Saat studi S2 pada 2014, saya telah lulus sebelum bulan Ramadan dimulai dan kembali ke Pontianak sehingga saya tidak pernah merasakan pengalaman berpuasa di Amerika Serikat.

Saat ini, saya tinggal bersama keluarga di apartmen dekat dengan kampus dan hanya berjarak sekitar 160 meter dari sebuah masjid bernama Omar ibn El Khattab. Lingkungan tempat tinggal kami memiliki tingkat keragaman yang cukup tinggi. Selain warga negara AS, lingkungan di sekitar tempat tinggal kami juga dihuni oleh keluarga muslim dari berbagai negara seperti Saudi Arabia, Bangladesh, Maroko, Turki, dan Aljazair.

Pengalaman Ramadan di Amerika Serikat tentulah ada suka dan dukanya. Pertama, saya merasa senang dengan berbagai dukungan yang diperoleh dari berbagai pihak di Columbus. Pihak kampus mengakomodasi kebutuhan mahasiswa yang sedang berpuasa saat menghadapi ujian akhir semester sehingga ujian tersebut bisa dilakukan sebelum waktu berbuka puasa. Ujian semester ini membuat saya tetap fokus menyelesaikan tugas-tugas kuliah dan melakukan konsultasi dengan dosen secara daring.

Kedua putri saya juga tetap melakukan kegiatan belajar-mengajar secara daring dan menyelesaikan berbagai tugas yang diberikan oleh gurunya di sekolah. Selain itu, mereka juga rutin mengulang ataupun menambah hafalan Alquran yang telah mereka pelajari saat masih sekolah di Indonesia.

Kedua, meskipun waktu berpuasa di Amerika Serikat lebih lama daripada di Indonesia, tetapi tidak begitu terasa karena suhu yang cukup sejuk. Ramadan tahun ini jatuh pada akhir musim semi sehingga lamanya puasa sekitar 15-16 jam dengan kisaran suhu sekitar 4-17 derajat celsius.

Perbedaan lama waktu puasa di Amerika Serikat dan di Indonesia terpaut sekitar 2-3 jam, tetapi kami sekeluarga tidak terlalu merasakannya karena suhu yang tidak panas. Saat kami berpuasa di Pontianak, meskipun lamanya puasa lebih singkat yaitu 12 jam tetapi hawa yang sangat panas mencapai 30-33 derajat celsius setiap harinya menjadikan kami lebih mudah lelah.

Ketiga, meskipun salat tarawih dan buka puasa bersama tidak dapat dilakukan saat ini sebagaimana tahun-tahun sebelumnya disebabkan oleh pandemi Covid-19, Masjid Omar tetap melayani pembagian takjil untuk dibawa pulang bagi umat muslim yang berpuasa. Selain itu, Noor Islamic Cultural Center yang juga berlokasi di Columbus melaksanakan program pengajian secara virtual antara lain khotbah singkat yang dilaksanakan setiap hari selama 15 menit menjelang Isya, ceramah mingguan setiap hari Jumat siang, dan pengajian setiap Sabtu sore.

Program pengajian virtual tersebut ditayangkan secara langsung melalui YouTube ataupun Facebook sehingga kami tetap dapat mengikuti kajian untuk memperdalam ilmu agama. Sayangnya, kemeriahan salat tarawih di masjid yang kami nantikan saat ini belum bisa dilakukan sehingga kami sekeluarga hanya melaksanakan tarawih di rumah saja.

Beberapa hari menjelang Ramadan, saya mengunduh jadwal puasa selama 30 hari yang diterbitkan oleh Masjid Omar melalui facebook pagenya sebagai pedoman untuk mengetahui waktu makan sahur dan waktu berbuka puasa. Selain itu, saya juga menggunakan aplikasi Athan yang ada di telepon genggam untuk memastikan keakuratan waktu makan sahur dan berbuka puasa.

Keempat, bahan-bahan makanan yang kami perlukan untuk memasak masakan Indonesia cukup mudah didapatkan karena di Columbus terdapat beberapa Asian market dan International stores yang menjual bumbu-bumbu Indonesia. Saat makan sahur dan berbuka puasa, saya biasanya memasak masakan Indonesia seperti rendang, siomay, atau bakso dan dibantu oleh kedua putri saya.

Menyantap masakan Indonesia membuat mereka lebih bersemangat untuk makan sahur dan berbuka puasa karena membantu mengobati rasa rindu mereka terhadap keluarga besar kami di Pontianak.

Makanan halal juga cukup mudah ditemukan di beberapa restoran yang khusus menyajikan makanan halal seperti African Paradise Restaurant atau Lavash Café. Meskipun demikian, saat ini banyak restoran yang tutup. Sementara yang masih buka hanya diperbolehkan melayani pesan antar atau bawa pulang disebabkan oleh pandemi Covid-19.

Daging halal juga mudah diperoleh di International Market Foods yang berjarak sekitar 500 meter dari tempat tinggal kami ataupun di Walmart Supercenter.

Pengalaman berpuasa di Amerika Serikat sangat mengesankan bagi kami sekeluarga. Meskipun kami tetap melaksanakan kuliah dan sekolah, tetapi karena dilakukan secara daring, maka kami memiliki banyak kesempatan untuk berinteraksi di rumah daripada sebelumnya. Kami juga biasanya melakukan berbagai aktivitas seperti bermain monopoli, menempel stiker peta dunia di dinding, atau memasang dekorasi Ramadan untuk mengisi waktu luang sambil menunggu waktu berbuka puasa.

Ramadan tahun ini mengajarkan kepada saya bahwa berbagai keterbatasan yang terjadi saat ini ternyata membuahkan hasil yang baik jika kita tetap fokus untuk berpikir positif dan belajar mengambil hikmah dari kejadian ini. Saya berharap,  Ramadan tahun depan kami dapat melaksanakan salat tarawih di masjid seperti biasanya dan bersilaturahmi dengan keluarga muslim dari berbagai negara. (*)

Risa Haridza adalah Guru SMP Negeri 3 Pontianak, penerima beasiswa Fulbright S3 di bidang STEM Education di Ohio State University.

Last Updated: Jul 31, 2022 @ 10:34 pm
WordPress Video Lightbox